Euistory: Yuk Ke Sumatera Barat

Wednesday 6 January 2016

Yuk Ke Sumatera Barat

Bukit Langkisau
Dari judul di atas bukan berarti aku bagian dari Dinas Pariwisata Propinsi Sumatera Barat. Bukan pula brand ambassador Sumatera Barat. Aku hanyalah manik-manik di selendangnya ibu Malin Kundang. Sebenarnya aku hanya ingin memberitahu orang-orang yang baca tulisan ini kalau Sumatera Barat benar-benar indah dengan segala pesona alamnya. Mungkin sebagian orang termasuk aku (awalnya) gak pernah menganggap Sumbar itu benar-benar indah. Sampai akhirnya aku pergi secara langsung kesana.

Ini adalah liburan akhir tahun kalau orang Amerika bilang sih winter break. Tapi ini Indonesia bung, panas adalah musim permanen disini.  Jadi bagi yang bekerja di sektor pendidikan libur akhir tahun sama dengan libur semester ganjil. Kalau yang lain liburnya cuma hari Natal dan Tahun Baru, kami liburnya dari sebelum Natal sampai Tahun baru selesai. Cukup panjang siihh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Karena panjang liburnya ini lah maka kami dari Tim CTF berniat untuk liburan ke Padang. Sebenarnya liburan ke Padang sudah di jadwalkan sejak awal Tahun 2015 kemarin. Tapi namanya rencana memang gak pernah semulus wajah Raisa. Dari yang awalnya kendala transportasi, naik mobil apa pesawat. Jumlah personel yang naik turun seperti BBM (bahan bakar minyak) Kami mengajak semua orang yang ada di CTF untuk ikut sama kami, tapi apa daya yang mau hanya itu-itu saja (orang-orang gila yang mau backpackeran dan menggembel) Sampai akhirnya kami yang sudah pasrah karena gak ada yang mau ikut lagi untuk mencukupi kuota, mengajak teman-teman mengajar Irma dulu. Yaitu Kak Sherly dan Kak Risma beserta suami dan anaknya yang uangnya aku bilang gak berseri, alias gak habis-habis. *Besok-besok ikut lagi yaa kakak-kakak cantik......*
#CUMAMAUNGAJAKYANGPUNYAUANG #MINTADIJEBURKANKELAUTANTARTIKASIEUIS

Begitu libur yang dinanti-nanti tiba, kami pun langsung melakukan perjalanan ke Barat untuk mencari kitab suci... #SalahCerita

Begitu libur yang dianti-nanti tiba kita langsung melakukan perjalanan ke Barat untuk bertemu dengan sesepuh yang dituakan karena memang sudah tua. Sesepuh yang selalu merusuh di grup Line karena editan-editan fotonya yang luar biasa yang mau minta dilemparkan ke Pluto. Sesepuh yang hijrah ke Padang demi perbaikan masa depan. Sesepuh yang jauh dari peradaban modernitas Kota Medan. Sesepuh yang mulutnya kalau menghina dan mencaci maki minta di lem pake lem setan tapi pas di Padang mulutnya baik budi sebaik Budi Rahayu. Yup lebih tepatnya kita sebenarnya menjenguk sesepuh ini berserta istri tercintanya di Padang yang belum pernah dijenguk manusia dari Planet Bumi. Nama Buminya adalah Koko Ondara dan istrinya Frahya Minanti Raudah Siregar atau biasa kita panggil Kak Fera. 
Bang Koko dan Kak Fera
Perjalanan ke Padang via darat memakan waktu sekitar 30 Jam kalau naik bus ALS atau sejenisnya. Tapi karena kami naik mobil dan supirnya adalah Guru Kimia terhebat  abad kejayaan dan Kepala Tata Usaha tersabar dan terbesar abad pencerahan jadinya waktu yang seharusnya 30 jam menjadi 48 jam perjalanan. Bayangkan kami dua hari bersama di mobil, dengan orang yang sama dan suasana yang sama. Bosan, aroma yang bermacam, lelah yang berkepanjangan bercampur menjadi satu kesatuan. Akhirnya karena kami sudah bosan, jadilah kami buat kekacuan di dalam mobil. Apalagi detik-detik kami sudah mau sampai Padang dan komunikasi sama Bang Koko. Petunjuk yang dikasi sama Bang Koko dari flyover, 5 lampu merah, dan jembatan kami jadikan lelucon. Kami sudah sangat senang saat jumpa flyover yang kami pikir bakalan dekat lagi. Ternyata oh ternyata harus satu jam lagi baru sampai "hotelnya". Sebenarnya gak jauh, tapi karena sudah keburu bosan jadinya terasa jaaaauuuuuuuhhhh kali. Sejauh mendapatkan hatinya...... #Menggelinjangrupawan

Sampai di Padang, di hotel termewah, Koko Hotel, kami langsung disambut pakai tari-tarian sama Elsa dan Kak Fera serta makanannya. Tanpa banyak cerita semua yang disajikan kami habiskan. Moment yang tak akan terlupa saat menginap di Koko Hotel (rumah Bang Koko) adalah mengantri kamar mandi. Kamar mandinya satu tapi penggunanya sampai 17 orang. Jadi semua yang mau dilakukan di kamar mandi harus dikerjakan dengan cepat dan tepat dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Koko Hotel kami gunakan sebagai tempat tidur saja. Karena sejatinya kami berangkat pagi dan pulang malam. Hari demi hari demi mengeksplor Sumatera Barat. Demi memudahkan penulisan dan pembaca aku buat hari demi hari kami di Padang. Biar terkesan bagus aja gitu.. padahal udah gak tau lagi mau dibuat apa ini tulisan.

#Hari I (Sabtu, 26 Desember 2015)
Perjalanan pertama kami edisi liburan kali ini, dibawa oleh tour guide kami langsung dari Kementrian Kelautan dan Perikanan RI Cabang Padang, Koko Ondara, M.T Karena Padang terkenal indah dengan wisata baharinya dan pantainya yang elok, kami langsung dibawa Bang Koko menyebrang ke Pulau. Nama Pulaunya adalah Pasumpahan Island. Yang berada Kecamatan Bungus, Teluk Kabung, Padang, Sumatera Barat. Pulaunya sangaaaat cantik secantik diri ini. Pantainya sangaaaat putih seputih hati  ini. Lautnya sangaaaaat bersih, sebersih jiwa ini. Bisa dibilang Pulau ini belum begitu terkenal seterkenal Mentawai atau pulau-pulau yang sudah sering seliweran di media.


pasir putih
Perjalanan ke Pulau ini memakan waktu lebih kurang 20 menit dari daratan dengan menggunakan boat mesin. Biaya penyewaan boat sebesar Rp. 1.7000.000,- atau tergantung kesepakatan dengan pemilik boat. Karena kami banyak orangnya jadi uangnya bisa dibagi-bagi menjadi lebih kecil. Itulah untungnya kalau jalan-jalan bareng rombongan. Sesampainya di Pasumpajan Island, kami dibuat takjub karena selain indah pengunjungnya juga gak terlalu ramai. Tau lah yaa musim liburan kayak gitu semua tempat liburan udah kayak pasar ramenya. Tumpah ruah jadi satu. Itu lah untungnya kalau liburan ke tempat yang belum terkenal. Masih asri dan sunyi. (Semoga alay-alay tak bertanggung jawab tak tahu tempat ini biar gak kotor dan rusak)
#PEACE ^_^v
Laut Pasumpahan dan pasir putihnya
Selain bisa berenang pastinya, Pasumpahan ini juga cocok untuk prawedding dan buat video clip. #Abaikan Snorkeling maksudnya. Banyak terumbu karang yang hidup dengan damai disini. Terumbu karang banyak maka sudah pasti ikan-ikan pun berdatangan. Lumayan lah untuk memanjakan mata melihat biota laut. Pulaunya tidak besar, hanya pulau kecil tapi indahnya besar. Bukan Indah Permata Sari yaa. Rasanya tidah bisa dituliskan dengan kata-kata. Sejauh mata memandang laut yang biru dan pohon kelapa yang nyiur melambai sangat memanjakan mata. Menyegarkan pikiran, dan membuat hati adem. Pasumpahan Island juga ramah untuk anak-anak  karena garis pantai yang dangkal cukup luas. Eh bukan anak-anak aja tapi juga untuk kalian yang tak bisa berenang. Kecuali Fajrin yang tak pernah mau bersahabat dengan laut, Pantai, Sungai dan sejenis air lainnya karena gak bisa berenang dan malu untuk belajar. Udah tua Jrin.... kalau tenggelam di laut gimana? Atau tenggelam dalam kenangan gimana? Pantesan masih jomblo susah move on siiihhh..
Pasumpahan Island dan kami
Pasumpahan ini memiliki cerita lucu dari tragedi pelemparan pasir ke sambal ibu-ibu. Gara-gara rapat internal yang gak penting itu. Akhirnya kami kena kutuk dimana makan siang kami gak datang-datang sampai jam 2an siang. Walhasil inginnya makan di pinggir pantai, jadinya makan siang di rumah makan Padang dalam kondisi basah belum mandi, dan lapar selapar-laparnya. Bahkan sampai mengirit waktunya, kita mandi di mesjid. Sampai nazir mesjid lihat kita dengan pandangan sinis dan bergumam dalam hati.
"hmmm dasar anak-anak muda dikiranya ini kamar mandi umum. Ini mesjid tau" Dan mesjid adalah rumah ibadah terbaik sepanjang masa. Selain tempat Sholat dan berdoa, juga bisa tempat istirahat dan mandi.... Maaf yaa wak..ini lah cerita kami para backpakcer jelata.

Setelah pulang dari Pasumpahan Island kami berangkat ke pantai lagi untuk menikmati sunset ala-ala barat. Kan lagi di Sumatera Barat. Kali ini kami pergi ke pantai yang katanya dulu tempat tinggal si anak durhaka Malin Kundang, yaitu Pantai air Manis. di Kecamatan Teluk Kabung, Kota Padang atau berjarak 15 Km dari pusat Kota Padang. Disini mungkin warna air laut tak sebiru Pasumpahan Island tapi ombaknya cukup tinggi sehingga cukup bisa melakukan surfing. Yang membuat Pantai ini unik dan orang-orang mau datang ke Pantai ini karena disini ada batu Malin Kundang. Legenda rakyat Sumbar yang terkenal seantro jagad raya sebagai simbol anak durhaka yang dikutuk jadi batu oleh bundonya. 
Perjalanan hari pertama ditutup dengan wisata kuliner berupa makan makanan paling terkenal yaitu Sate Padang...ahahahahahhah

sunset

kami berempat
#HARI II (Minggu, 27 Desember 2015)
Hari kedua kami berniat wisata ke Danau Singkarak, wisata heritage ke Istana Baso Pagaruyung dan Bukit Tinggi untuk melihat Simbol Sumbar, Jam Gadang dan belanja-belanja cantik disana. Itu lah rencana awalnya. Tapiii karena Tiwi saat liburan OOTDnya (outfit of That Day) kayak mau pergi undangan. Yaaah bayangin aja orang kalo liburan cukup bercelana jeans dan T-Shirt, Tiwi malah pake rok kembang warna pink dan baju pita-pita lengan besar. Wah banget dia kayak Syahrini. Tapi itulah tipe fashionnya. Kalau dia Pede mau diejekin gimana juga gak bakalan mempan. Walau cacian Bang Koko bisa buat orang meninggal mendadak, Tapi Tiwi cuek dan pede-pede aja. Salute...tepuk tangan sejagad raya......
Kalau Irma mugkin udah gak pake baju itu.... KETAWABERSERAKAN
Rok kembang Tiwi yang melegenda selegenda Istana Pagaruyung
Akibat rok kembang Tiwi, #Eh akibat hujan deras, Danau Singkarak yang sejatinya indah tak bisa kami nikmati dengan puas. Air ketemu air yah basah. Kami hanya duduk-duduk manja di warung pinggir danau. Makan mie instan dan ngeteh cantik. Gak bisa cerita banyak tentang Danau Sigkarak karena memang pengalaman disana gak banyak. Yah minimal kami bisa lihat danau lain selain Danau Toba.
Danau Singkarak saat hujan jadi biasa saja
Pulang dari Danau Singkarak kami berangkat ke Kota Batu Sangkar untuk berkunjung ke Istana Baso Pagaruyung. Istana ini merupakan istana para raja Minang pada zaman dahulunya semacam Istana Maimoon lah kalau di Medan. Tapi bedanya Istana ini merupakan replika dari istana yang sebenarnya. Kalau Istana Maimoon kan asli dari zaman dahulu. Dibangun pada tanggal 27 Desember 1976 oleh Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Barat, Prof. Harun Zain. Tepat 39 tahun setelahnya kami berkunjung ke istana ini. Untuk masuk ke Istana ini cukup murah hanya membayar Rp. 5000 untuk dewasa dan Rp. 3.000 untuk anak-anak. Boleh sewa baju adat Minang dengan membayar Rp. 35.000 saja. Berkunjung ke wisata sejarah dan cagar budaya memang mengasyikkan. Terutama untuk yang hobi fotografi. Ini objek yang menarik. Bangunan tiga lantai dengan 72 tonggak serta 11 gonjong menyajikan berbagai  bilik kamar yang seperti pelaminan, tempat raja dan ratu serta bilik kamar untuk pangeran dan putri raja. Di lantai dua merupakan tempat duduk untuk bersantai raja serta ada pelaminan khusus untuk putri raja yang belum menikah... tentunya aku, Tiwi dan Irma wajib foto disitu. Jomblo sejati siih kita....
Pelaminan Irma di replika bilik putri raja
Lantai tiga adalah gudang senjata. Banyak replika senjata yang disimpan dan digantung di lantai tersebut. Puas berkeliling kami mulai kegilaan dengan mengganggu Bang Koko dan Kak Fera yang pakai baju adat Minang di pelaminan. Habisan mereka kayak menikah lagi siih.. Pengantin tua istilahnya mereka.  Ya udah bisa dibayangkan orang-orang ribut merusuh di pelaminan orang.
Istana Baso Pagaruyung
Pulang dari Istana Baso Pagaruyung kami lanjut berangkat ke Bukit Tinggi. Rencananya kami mau ke Lobang Jepang dan melihat Jam Gadang.  Tapi karena kesorean dan macetnya parah separah-parahnya akhirnya kami memilih jalan pulang dan kembali ke Padang. Karena Lobang Jepang tutup jam 5 sore sementara kami di Padang Panjang sudah jam 5 sore yaa udah gak bakalan terkejar. Dengan diskusi panjang ala CM, kami memutuskan untuk tidak ke Lobang Jepang liburan kali ini. Langsung ke Jepang...ahahaha becanda. Uang dari mana Hatori.
Ada cerita lucu saat perjalanan pulang dari Bukit Tinggi menuju Padang. Sebagian dari kami ada yang belum makan siang sampai malam belum makan. Dan Bang Koko demi Lamun Ombak yang katanya enak, membuat kami mati kelaparan. Kirain Rumah Makan Lamun Ombak itu dekat, eeehhh rupanya jauuuhhhh.. tangan, kaki, kepala dan hati udah getar-getar kelaparan dia masiih mau ke Lamun Ombak. Thank God Kak Fera udah mau pingsan kelaparan jadi kami bisa makan dimana saja. Kalau enggak, aku yang bakalan pingsan di seat belakang. Mana peduli Bang Koko itu.. orang portal kereta api aja udah mau nabrak aku dia gak peduli. hmmm abang durhaka!!! kutuk jadi kodok..

#HARI III (Senin, 28 Desember 2015)
Ini adalah hari terakhir kami jalan-jalan di Sumbar. Berdasarkan hasil keputusan bersama secara musyawarah mufakat saat pesta durian, kami memutuskan untuk pergi ke Pantai Carocok Painan Kabupaten Pesisir Selatan.  Dari Kota Padang hanya berjarak sekitar 75 km, ke arah Selatan, dengan jarak tempuh sekitar 2 jam. Ini adalah kampungnya Unni Lenni yang merupakan unni tercantik tapi agak rempong se-Kota Painan. sesampainya disana kami disambut dengan matahari pagi yang super duper cerah secerah masa depan aku dengan kamu.....huhuhuhuhuhuh
Semua pada beli kacamata hitam untung aku udah punya kacamata hitam pemberian Sarah Mclanahan yang terbaik tercantik deh pokoknya Sarah ini. Pantai Carocok ini indah bener.... pemandangan surgawi deh. Gak perlu jauh-jauh ke tanah Lot Bali untuk menikmati pantai karena Carocok sudah kayak Bali menurutku yang gak pernah ke Bali ini. Cuma modal sok tahu dan gambar dari Google. hhwhwhwhwhwhwhwhw....
Pantai Carocok
Di pinggir pantainya ada semacam jembatan menuju sampai ke tengah laut, yaaahhh gak ke tengah-tengah kali siihh tapi entah kenapa hal itu membuat aku, Irma dan Fajrin si gilpot (gila poto) berselfie ria. Dan hasilnya..........Cantik!!! Lautnya biru.... Ombaknya besar... yang suka naik banana boat, speed boat, berenang, bisa puas di pantai ini.
Laut biru Carocok
Selepas dari Pantai Carocok kami jalan naik ke atas (naik mobil siih.... kasian kalau jalan. Kak Fera bisa kurus mendadak. Nanti Bang Koko jadi gak kenal kan sedih T_T) Kami naik ke Bukit Langkisau. Pertama kali sampai ke Bukit Langkisau kami serasa di luar negri. Serasa di Dubai dan Swiss. (Lagi-lagi menurutku yang belum pernah ke luar negri ini). Pemandangan Bukit Langkisau Subhanallah indahnya.. kita benar-benar dimanjakan dengan pemandangan birunya laut, indahnya pantai, hijaunya pepohonan dan paralayang yang menghabiskan uang Rp. 300.000 hanya dalam waktu 10 menit. Tapi bukan kami yang main, orang lain. Kami mah hanya lihat-lihat aja dengan wajah mupeng.


Paralayang
Dari Bukit Langkisau kami berangkat lagi menuju Jembatan Akar yang terletak 88 km di bagian selatan kota Padang, tepatnya di Kenagarian Puluik-Puluik, Kecamatan Bayang,  Kabupaten Pesisir Selatan. Uniknya dari jembatan ini adalah jembatannya bukan terbuat dari kayu atau beton tapi akar pohon beringin yang tumbuh di kedua sisi Sungai Batang Bayang. Kedua akar pohon ini sengaja dirangkai menjadi satu untuk membuat sebuah jembatan yang menyatukan kedua desa.
Untuk melewati jembatan ini kita harus bergantian. Tidak boleh banyak-banyak.  Karena takutnya rubuh, kan yang repot pemuda setempat juga. Bukan kami......
Jembatan Akar
Pulang dari Jembatan Akar, kami langsung pergi belanja untuk acara bakar-bakar malamnya. Yang membuat heboh adalah saat fasilitas air di rumah Bang Koko mati. Saat kami semua gak bisa mandi, buang air besar dan kecil, cuci piring bahkan masak. akhirnya semua kegiatan dilakukan dengan menggunakan air isi ulang....orang kaya... tapi tanpa bisa mandi. Aku sudah gak mandi dari pagi, malamnya juga gak mandi, tapi heran kok masih cantik yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...............
View pantai dari Bukit Langkisau

#HARI IV (Selasa, 29 Desember 2015) 
Ini adalah hari perjalanan pulang ke kampung halaman kami (Read: Medan) Sebelum pulang kita sempatkan singgah di Bukit Tinggi untuk belanja oleh-oleh khas Padang. Foto di Jam Gadang, karena rasanya gak sah ke Sumbar kalau gak foto di Jam Gadang. Setelah puas berbelanja kita pun akhirnya jalan pulang. Kali ini lebih cepat dari perginya. Bang Izal nyetirnya kayak udah supir ALS.. berpengalaman dan agak gila. Kami semacam punya nyawa 9 kayak kucing. Semacam naik rollercoster. Seru walau agak menakutkan. Yang muntah dua kali angkat tangan doooonnggg... Fajrin

Jam Gadang

Rabu, 30 Desember 2015
Arrived safely in Medan!!!!!! Horeeeee.....
Terima kasih Padang dan kota-kota sekitarnya yang sudah menajakan mata dan menyegarkan pikiran kami.. terima kasih Bang Koko dan Kak Fera sudah mau menampung pengungsi Medan ini. Terima kasih Kak Sherly dan Kak Risma sudah mau bergabung dengan gembel-gembel traveller ini. Terima Kasih Bang Izal dan Bang Yudi sudah capek-capek nyetir demi melangkahkan kaki ke Padang.
Gak perlu jauh-jauh jalan-jalan kalau ingin menikmati pantai. Datang aja ke Padang karena tempat wisatanya banyak dan masih asri. Negeri nan elok permai memang ada di Indonesia. Ini hanya sebagian kecil Sumatera Barat, Sebagian kecil wilayah Sumatera bahkan setitik kecil Indonesia. Masih banyak tempat-tempat di Indonesia yang menyajikan wisata-wisata yang indah yang bahkan belum terjamah banyak orang. Yuk mari kita lestarikan keindahan alam Indonesia dan mari kita promosikan wisata negara ini. Gak pelu ke luar negeri deh kalau negara sendiri belum tereksplor...hehehheheheh.... tapi kalau gratis ke luar negeri aku pun mauuuuu..... #Labil
That's our traveling and advanturing.. and it's so wonderful, feel Berbezee kan Guyss??
Bye..... see you for the other trip... Where's next?? Bangka Belitung or US???? Ngarep Tapi wajib di amininnnnnn.....


Full team ke Padang
Cantik..... Pemandangannya
Pernikahan Bang Koko dan Kak Fera part II
air terjun di Lembah Anai. Tapi kami menyebutnya air terjun Innalillah :D

Salah satu Ikon Kota Solok


Credit Photos by Rahmat Fajrin and Yudi Alfan

2 comments:

  1. Seru banget ceritanya..lengkap sama foto2nya lagi...
    Rental Mobil Padang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih..semoga ceritanya bermanfaat dan menghibur.:)

      Delete

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...