“Tujuan hidup di dunia bukan mencari sebanyak apa prestasi yang diraih, tetapi
sebanyak apa kebaikan yang diberi” (Euizze)
Judul itu memang terasa amat
menyombongkan diri dan terkesan egois. Tapi dalam self-marketing membanggakan diri itu sesuatu yang penting. Bagaimana
kita memberikan brand diri kita kepada klien untuk dapat dilihat dari segi kemampuan.
Self-Marketing sendiri adalah kemampuan seseorang menjual diri untuk hal yang
baik dan memberikan nilai positif ke orang lain. Dalam hal ini aku tidak akan membahas apa itu Self-marekting.
Karena aku sedang tidak menceramahi orang dalam hal membangun brand untuk
dirinya sendiri.
Aku berusaha menjadi sebuah
pesona tidak hanya untuk diriku sendiri tetapi juga untuk orang-orang sekitar
ku. Menjadi sebuah pesona bukanlah harus menjadi sebuah pusat perhatian dimana
seluruh mata tertuju padamu. Tetapi bagaimana kita bermanfaat bagi orang lain
dengan sebuah pesona kebaikan yang terpancar dari dalam diri kita. Bagaimana kita
bermanfaat bagi orang lain dan memanfaatkan kehidupan kita yang hanya sebentar
untuk hal-hal baik.
Aku yaah aku. Aku hanyalah
seorang pegawai biasa yang bekerja disebuah institasi pendidikan swasta di
salah satu kota besar di Indonesia. Lantas apa aku memesona untuk menjadi
seorang yang menginspirasi? Jawabannya tentu tidak. Aku masih banyak belajar
dalam menjalani kehidupan. Di tempat ini, di tempat dimana aku bekerja adalah
tempat aku tidak hanya mencari rezeki, tetapi juga tempat aku menimba ilmu.
Tempat ini banyak merubahku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak hanya
rekan kerja, tetapi juga banyak belajar dengan siswa-siswi ku. Mereka merubah
penampilan, tingkah laku, dan cara pikirku. Mereka memesona ku dengan cara yang
biasa tetapi eksekusi yang sangat luar biasa. Aku yang dahulunya sangat seperti
laki-laki, hijab yang ala kadarnya, celana jeans, kemeja atau T-shirt yang
selalu menjadi pakaian andalan ku. Tapi dengan banyak berkomunikasi dengan
mereka, melihat kehidupan sederhana mereka, aku merasa malu dengan diriku
sendiri. Sedikit demi sedikit aku berubah. Dari mulai jilbab yang ku
panjangkan, celana jeans yang kutinggalkan, ibadah ku yang ku perbaiki, dan
cara bicaraku yang lebih sopan. Aku merasa lebih bahagia dan tenang dengan
semua perubahan ini. kehidupan yang
kujalani jadi lebih penuh syukur dan penuh keikhlasan. Dengan syukur dan ikhlas yang kujalani, aku
merasa lebih bahagia.
Kebahagiaan itu adalah sebuah
fitrah yang sudah ada sejak kita lahir. Jadi sudah seharusnya setiap umat
manusia harus bahagia. Sudah seharusnya tidak ada air mata, kesedihan bila kita
dapat mencipatkan kebahagiaan kita sendiri. Bukankah Allah sudah menjanjikan
kebahagiaan untuk umatnya bila kita mampu bersyukur. Bersyukur adalah unsur
wajib yang harus ada untuk menciptakan kebahagiaan. Tanpa rasa syukur, kita
akan terus mengeluh dan itulah yang menyebabkan air mata harus jatuh tak
terkontrol. Pesona yang tercipta dalam diri tidak bisa direkayasa. Sebaik apa
pun kita merekayasanya maka sebaik itu juga rekayasa itu akan terlihat. Yang artinya
bahwa sebuah kebahagiaan adalah sebuah pesona yang tercipta di dalam diri
dengan kebaikan yang ada di dalam hati.
Setiap orang dapat menjadi sebuah pesona bagi orang lain, dengan menjadi sebuah manfaat bagi orang lain. tidak harus besar bahkan dengan sebuah kebaikan kecil sekali pun itu akan menjadi sebuah pesona. Bagi ku sebuah pesona itu adalah siswa dan rekan kerja ku. Mereka adalah pesona tersendiri bagi ku. Memesona itu adalah seseorang yang dapat memberikan manfaat yang yang besar walau hanya melakukan hal yang kecil.Kamu juga bisa jadi memiliki pesona dengan mengikuti ini
aku, bukan lah berarti selalu aku (penulis) tapi bisa jadi kamu, mereka, kita. Kamu bisa jadi pesona bagi orang lain dan orang lain bisa jadi pesona untuk mu. Jadi bagi ku #memesonaitu adalah bagaimana kita membuat orang lain memiliki pesona yang sama dan bermanfaat. Untuk kemaslahatan umat manusia dan dunia yang lebih baik.
Students....you change me a lot |
No comments:
Post a Comment