“Dan (Ingatlah)
ketika Tuhan-Mu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat” (Q.S. Ibrahim: 7)
Dalam ayat diatas Allah sudah
berjanji bahwa kalau kita bersyukur pasti Allah SWT akan menambah nikmat kepada
kita. Nikmat itu bisa pasti bukan hanya rezeki, tetapi nikmat iman yang sampai
sekarang masih dirasakan dalam agama penuh berkah ini. Nikmat kesehatan juga sebuah rezeki yang tak
terhingga bagi kita. Karena kalau kita sakit baru kita sadari betapa nikmatnya
sehat itu.
Kali ini aku merasa bijak dengan
menulis tema ini. Bukan tiba-tiba kerasukan Ummi Pipik istrinya Alm. Ustadz
Jefry Al-Bukhori atau tiba-tiba menjadi Okki Setiana Dewi. Yaah walau pun
sekilas kita mirip-mirip (Dilihat dari ujung jarum pentolnya) Aku seketika
tersentak dengan semua nikmat yang telah diberikan Allah kepada ku betapa luar
biasanya tanpa bisa satu-satu aku jelaskan. Bahkan tak akan sanggup ditulis
walau sepanjang tulisan tesis mahasiswa S2 Oxford yang tak lulus-lulus sehingga
dikejar dosen pembimbing.
Hal ini terjadi saat aku
ditugaskan untuk melakukan survey kunjungan ke rumah calon siswa SMA Unggulan CT
Foundation tahun ajaran 2017-2018. Seperti biasa setiap tahunnya, SMA Unggulan
CT Foundation menerima calon siswa dari golongan kaum menengah kebawah secara
ekonomi untuk disekolahkan secara gratis setingkat SMA setelah melewati tahapan
seleksi berkas dan ujian tertulis. Tahapan ketiga yaitu survey, selalu
dilakukan oleh setiap perwakilan dari CT Crop yaitu SMA Unggulan CT Foundation,
Transmedia, dan Bank Mega. Kali ini aku ditugaskan untuk kembali menjadi
surveyor ke rumah-rumah calon siswa yang telah dinyatakan lulus ujian tertulis.
Kembali aku harus bertanya tentang keadaan ekonomi, pekerjaan orang tua,
penghasilan perbulan, aset yang dimiliki bahkan tentang utang-piutang yang
dimiliki. Banyak orang tua yang harus menahan air matanya saat menceritakan betapa
susahnya hidup mereka. Banyak orang tua yang menginginkan anak mereka lulus dengan
harapan anaknya dapat merubah nasib keluarga mereka. Bahkan ada orang tua yang
merasa kalau anaknya tak sekolah di CTF maka mungkin anaknya tak dapat
melanjutkan sekolah lagi.
Berbagai pekerjaan orang tua
calon siswa yang dilakukan demi menyambung perekonomian keluarga. Ada yang
harus kerja apa saja yang penting halal. Menjadi asisten buruh bangunan,
mencari batu di sungai, jualan bakso bakar keliliing, jualan es keliling,
jualan bubur, supir, buruh cuci, tukang ojek (bukan ojek online, di kampung
belum ada gojek) bahkan ada orang tua yang memiliki keahlian lari. Yaaa lari
dari kejaran utang yang melilit dan meninggalkan anak-anaknya di rumah tanpa
kabar berita hingga sekarang. Ada yang sengaja disekolahkan di pesantren karena
sampai kelas IV mereka belum bisa mengambil ijazah setingkat Tsanawiyahnya
disebabkan mereka belum membayar uang sekolah si anak yang sudah menunggak
sampai 7 bulan. Akhirnya si anak dilanjutkan ke pesantren itu dengan masih
menunggak SPP hingga sekarang. Makanya si anak rela mengulang 1 tahun lagi
kembali ke kelas 1 SMA. Padahal tahun ajaran depan dia seharusnya sudah kelas 2
SMA.
Bahkan cerita dari surveyor
wilayah Mandailing Natal dan Sibolga lebih menyedihkan lagi. Ada sebuah
keluarga yang sudah seperti cerita motivasi tentang ayah dan ibu di youtube yang sering kita lihat. Keluarga
tersebut hanya makan sekali sehari, dimana mereka hanya bisa makan bila si ayah
pulang kerja dan membawa uang. Itu pun si ayah dan ibu hanya makan dua suap
karena takut nasinya tidak akan cukup untuk anak-anaknya. Mereka tidak kenal
sarapan, makan siang apalagi jajan cemilan, gorengan, pizza, mie ayam, ayam
goreng tepung, ayam saus keju, ayam penyet, ayam presto, ayam tak betulang, apalagi oleh-oleh khas Medan milik Irwansyah
yang katanya lagi hits itu. Tetapi anaknya pintar, selalu juara 1 disekolahnya.
ALLAH MAHA ADIL DAN MAHA PENYAYANG.
Pelajaran sangat berharga yang
aku dapatkan dari perjalanan survey ini adalah rasa syukur dari semua yang
telah Allah berikan kepada ku. Memiliki keluarga yang utuh dan menyayangi ku
penuh kasih. Sampai kalau jam 8 malam aku belum pulang, maka dari ibu, bapak,
abang, kakak yang di Selayang, kakak yang di Surabaya akan menelpon, Line, Whatsapp, BBM, messengger dan
kalau perlu bertanya dengan kawan-kawanku yang ada di list pertemanan Facebook dan buat status tentang
keberadaan ku di wall sehingga
seluruh jagad raya Facebook tahu
kalau aku “hilang”. Tapi aku bersyukur mereka masih mengkhawatirkan ku, it’s
mean that they love and care about me sooooo muchhhhh.
Selama ini aku selalu mengeluh
dengan makanan yang ku makan, pekerjaan yang biasa saja, dan uang yang tak
pernah cukup. Tetapi melihat ada orang yang bahkan makan saja sulit, pekerjaan
yang super berat dengan penghasilan yang super ringan, aku malu... AKU MALU!!!
Aku malu dengan mereka dan pastinya aku malu dengan Sang Maha Pemberi.
Betaaaaappaaaa banyaknya yang telah Dia berikan kepada ku. Betapa sayangnya Dia
kepadaku sehingga apa yang aku butuhkan selalu diberikan. Aku malu dengan semua
keluhanku yang tak ada habisnya dari mulut ini. Aku malu dengan sikap sombong
yang tak punya apa-apa. Aku malu dengan semua penyakit hatiku yang ku kira
sehat-sehat saja tetapi tersimpan
penyakit luar biasa. Ini lah tabiat manusia yang sulit untuk bersyukur dan
melihat apa yang telah mereka miliki.
Bersyukur adalah pekerjaan yang
sangat mudah untuk menambah rezeki. Allah sudah menjanjikan itu. Kenapa kita
harus takut akan kekurangan kalau kita sudah bersyukur. Karena dengan bersyukur
kita akan merasa cukup dengan apa yang kita dapatkan dan dengan apa yang kita
beri. Terlihat mudah, tetapi kenapa sangat sulit untuk dilakukan? Hmmm mungkin
manusianya kurang piknik, kurang luas permainannya atau kurang sering
jalan-jalan ke majelis ilmunya. Ini adalah self
talk yang memberikan pelajaran berharga bagiku. Sudah sepantasnya kita
bersyukur dengan yang Allah berikan kepada kita. Hal yang paling simpel yang
bisa kita lakukan adalah dengan mengucapkan Alhamdulillah atas semua hal yang
kita dapatkan dan kegiatan yang kita selesaikan. Karena itu semua adalah
pemberian dari Allah SWT. Bahkan kalau perlu kita ucapkan hamdallah setiap
hembusan nafas ini. Karena oksigen yang kita hirup adalah milik-Nya. Bayangkan kalau
semenit saja Allah mematikan proses fotosintesis yang membuat produksi oksigen terhenti,
kita bernafas pakai apa? Emang kita punya stok oksigen di paru-paru? Atau
tabungan oksigen di rumah? Enggak ada kan. Terus kita jadi apa tanpa oksigen
semenit saja. Ya ampun membayangkannya saja sudah merinding. Kalau Allah sudah
mencabut nikmatnya, kita bisa apa? Kepada siapa lagi kita harus mengadu? Kepada
siapa lagi kita harus meminta? Bukan kah Dia yang Maha Kaya, Maha Pemilik
segalanya. Kalau Allah tak mau memberikannya, bagaimana nasib kita sebagai
makhluk yang lemah ini. Maha Suci Allah, dengan segala kebaikan-Nya, Allah akan
selalu menerima taubat manusia yang benar-benar bertaubat dengan sesungguhnya
taubat.
Semakin sering kita melihat
orang-orang yang dibawah kita maka semakin tinggi rasa syukur kita. Semakin
sering kita melihat orang sakit maka semakin sering kita aware dengan kesehatan kita. Aku bukan ingin menasehati, karena aku
belum memiliki kapasitas yang layak untuk itu. Aku hanya ingin sebagai manusia
kita saling mengingatkan. Mari tingkatkan rasa syukur kita kepada Allah, Sang
Pemilik Alam. Dengan bersyukur maka kebahagiaan yang selama ini kita cari akan
datang dengan sendirinya. Terima kasih untuk perjalanan yang luar biasa dan
bertemu dengan orang-orang yang mengajarkan serta mengingatkan ku kembali rasa
syukur tersebut. Allah menegurku dengan cara yang paaaaaaaling Baik. Semoga
rasa syukur itu semakin bertambah seiring bertambahnya berat badan ini.
“Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu mengitungnya. Sungguh,
Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang” (Q.S. An-Nahl: 18)
Medan, 30 Mei 2017 (4 Ramadhan
1438 H)
alhamdulillah untuk segala kelebihan dari Allah
ReplyDeleteSubhanallah.. masyaAllah... kak..
ReplyDelete