Euistory: Kemah “Cantik” di Bukit Indah Simarjarunjung

Tuesday 2 May 2017

Kemah “Cantik” di Bukit Indah Simarjarunjung


Bulan Mei adalah bulan yang menyenangkan bagi kami para penggemar tanggal merah. Karena diawalnya saja sudah ada tanggal merah sebagai hari buruh internasional. Walau yang merasa boss juga libur (situ buruh yaa?? Kan yang diperingati hari buruh bukan hari boss) #abaikan. Dengan kehadiran tanggal merah diawal bulan dan diawal minggu (read: senin) kebahagian menjadi berkali-kali lipat datangnya. Maka sebagai anak muda yang tidak hobi berdiam diri di rumah, kami merencanakan liburan di Sumut sekitarnya. Dengan berbagai survey dan mengubek-ubek sosial media, pilihan diputuskan pada Bukit Indah Simarjarunjung (BIS). 

BIS adalah destinasi wisata baru yang sedang trending di instagram dengan tawaran befoto di rumah pohon. Banyak blogger travel yang sudah mereview dan menjadikan BIS terkenal seantero Sumatera Utara bahkan juga Indonesia. Daerah wisata ini berada di Jalan Simarjarunjung, Butu Bayu Pane Raja, Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Bagi yang hobi berfoto dan menggenggam handphone, berfoto di rumah pohon Simarjarunjung sangat bagus untuk menambah post keren di Instagram dan mendulang banyak like. Viewnya yang sangat instagramable sekali karena langsung memandang Danau Toba dan Pulau Samosir. Pohon-pohon tinggi dan hamparan perkebunan masyarakat Simalungun sangat memanjakan para instagramers untuk upload-upload cantik di akunnya.



Setelah diskusi panjang ala coffee morning CTF, kami memutuskan untuk menginap disana dengan cara berkemah. Karena mengingat jarak dari Medan ke Simarjarunjung sekitar 137,4 km. Tetapi karena saya sudah hapal bagaimana karakter kami kalau berangkat, waktu yang sudah ditetapkan akan molor beberapa jam kedepan plus persinggahan yang super banyak. Jadi sejatinya perjalanan memakan waktu 4 jam menjadi 6 jam. #CiriKhas #prinsip. Maka kami harus berkemah biar saat di Simarjarunjungnya tidak terlalu siang kalau tidak menginap. Karena kami ingin pagi hari di Simarjarunjung dan merasa eksklusif di tempat itu. Awalnya kami berpikir tidak akan ada orang dipagi hari disana. Maka berkemah adalah jalan satu-satunya untuk dilakukan. Kami hanya ingin merasakan sensasi berkemah di sisi Danau Toba. (gak mau dibilang hemat karena ini prinsip. Sekian)

Sabtu, 30 April kami berangkat dari sekolah tercinta itu dengan dua mobil. Janji jam 2 langsung berangkat dengan harapan sampai sana jam 6 dan mendirikan tenda masih terang. Tapi yaaahh janji tinggallah janji. Kami harus pergi jam 3 sore dan sampai jam 9 malam. Malam lhoo malam, kami harus mendirikan tenda pramuka yang besar dan berat itu. Tanpa ada satu pun anak pramuka dari individu yang berangkat ini, tanpa ada penerangan berupa lampu dan senter, dan tanpa pengetahuan dan buta sama sekali tentang pendirian tenda, akhirnya tenda kami berdiri dengan keadaan hidup segan mati tak mau. Tenda kami berdiri dengan bentuk yang tak mirip tenda. Tenda kami berdiri tanpa harus memperhatikan ilmu pertendaan yang sudah dibuat oleh pramuka. Tenda kami berdiri tanpa harus menggunakan tiang penyangga yang sudah disiapkan, melainkan memakai kayu broti yang panjangnya bisa buat jembatan Surmadu. Tenda kami terpakasa berdiri lebih cepat karena sudah hujan dan takut kedinginan. Jadilah tenda kami lebih seperi tenda sirkus yang usang tak pernah ditonton. Terima kasih pada Reza  yang memiliki tenda dome yang bisa menampung kami para gadis-gadis cantik di dalamnya tanpa harus kedinginan. Karena tenda yang gak-mau-dibilang-jelek-itu untuk para pria. #ThePowerofWomen

Bukit Indah Simarjarunjung memiliki lahan yang bisa dipakai untuk camping bagi yang mau camping. Untuk bisa mendirikan tenda kami dikenakan biaya Rp 30.000 pertendanya dan biaya parkir mobil sebesar Rp 10.000 per mobilnya. Cukup murah untuk tempat wisata. Sampai malam disana, kami disambut oleh para penjaga setempat dan mereka dengan berbaik hati mengantarkan kami untuk mencarikan lokasi yang asyik dijadikan tempat kemah. Sayangnya BIS ini belum memiliki penerangan yang memadai bahkan bisa dikatakan tidak ada penerangan sama sekali saat malam hari sehingga keadaan benar-benar gelap gulita. Andai saja pengelola bisa memberikan cahaya lampu walau temaram pasti lebih baik. Apalagi kalau lampunya dihias dan diberi aksen romantis gitu pasti tempat ini tidak hanya indah disiang hari, tetapi juga sangat eksotis pada malam hari. Mungkin mereka belum membuka jam malam disini. Tapi bila mereka membuka lahan kemah, seharusnya mereka juga memberikan penerangan. Agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan syetan dan kaumnya. (read: mereka=pemerintah daerah/ pengelola). Jadi sebagai saran saja bila ingin berkemah disini jangan lupa membawa senter atau lampu portable. Jangan seperti kami yang hanya bermodalkan cahaya senter handphone.  Walau kami kemah dalam keadaan gelap gulita, kami merasa aman karena penjagaan yang baik dari pemuda setempat. Jadi jangan takut untuk kemah disini. Karena suasananya benar-benar aman.
Pendirian tenda yang belum jadi
Bila tidak ada kabut yang tebal pengunjung juga dapat melihat sunrise dari bukit ini. Sayangnya saat kami disana kabut turun cukup tebal jadi kami tidak dapat melihat matahari muncul dari timur wilayah ini. Pukul 7 pagi pendaftaran untuk naik ke pohon dan berfot mulai dibuka. Jadi karena begitu ramainya pengunjung yang ingin naik ke pohon dan berfoto maka tim pengelola membuka antrian untuk naik kesana. Per orangnya dikenakan tarif Rp 5.000 lalu akan ada yang mengambil foto kita dengan angle yang biasa saja siih tapi karena kamera yang dipakai dan pemandangannya bagus jadi yaa hasilnya tetap aja bagus. Kita hanya memberikan memori card ke mereka dan kemudian sesuai nomor antrian naik perkelompok atau per orangnya. Nah lucunya kalau kita naik berkelompok, saat akan difoto sendiri, maka teman-teman kita harus sembunyi dibalik pohon biar tidak kelihatan mata kamera atau kalau gak mau diomelin fotografernya yang super duper cerewet macam emak-emak kehilangan panci. Ada banyak siih rumah pohon yang dibuat, dan setiap mau naik keatasnya harus bayar Rp 5.000. Jadi banyak pilihan mau naik yang mana dan dari sudut yang mana. Kalau ingin bersama orang yang disayang, silahkan pilih rumah pohon yang berbentuk hati. Kalau ingin merasakan berayun diketinggian silahkan pilih ayunan sekalian mencoba adrenalin masih ada apa enggak. Siapa tahu kan sejak ditinggal nikah adrenalin pun ikut hilang. #Eh #kokCurhat



Yang membuat kami heran adalah saat pagi hari sudah banyak sekumpulan makhluk yang dapat bergerak dan berbicara bernama manusia, ramai mengunjungi BIS. Kami benar-benar terheran dibuatnya. Saat kami datang jam 9 malam, mobil yang terparkir hanya 2 mobil ditambah 2 mobil milik kami. Tidak ada peradaban yang terjadi di BIS pada malam hari. Benar-benar sunyi senyap tanpa kehidupan. Siapa sangka saat kami terlelap dan terbangung disubuh, kami mendengar suara-suara sayup dari jarak yang cukup dekat. Tetapi saat cahaya matarahi menyusuri bumi dipagi hari, kami melihat sudah banyak orang-orang datang dan memadati BIS. Kami pun terheran-heran dibuatnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuncah dibenak kami.

pola kehidupan modern. Harus mengantri hanya untuk berfoto

KAPAN MEREKA DATANG? JAM BERAPA MEREKA DATANG? MEREKA DARI MANA? JAM BERAPA MEREKA BERANGKAT DARI RUMAHNYA? MEREKA GAK LELAH DAN NGANTUK? KENAPA MEREKA BISA BERANGKAT DINI HARI HANYA UNTUK BERFOTO?

Nah bagi kami yang benar-benar terkejut dengan suasana ramai seperti pasar tumpah ruah dipinggir jalan, keadaan ini benar-benar membuat kami kurang bersemangat untuk berfoto, jadi kami lebih memilih tidur kembali di tenda dengan santai dan cueknya. Kami tidak peduli walau tenda kami-yang-biasa-saja-itu berada di tengah-tengah keramaian. Karena tempat kami berkemah berada di tengah perjumapaan jalan, bukan tempat khusus untuk berkemah. kami tidak peduli dengan tatapan sinis dan penuh tanya pengunjung lainnya. Kami tidak peduli memasak mie instan yang harumnya kemana-kemana yang membuat perut siapa saja keroncongan. Karena harumnya mie instan lebih menggoda daripada Emma Watson pakai bikini. Kami tetap dengan santai walau beberapa orang menggoda kami dan mengejek kami. Tapi setelah melihat dari kejauhan tenda sirkus itu, kami baru sadar bahwa tenda itu. 
Lokasi kemah yang berada di pusat keramaian (tolong abaiakan bentuk tenda yang separuh jadi
TOLONG ITU TENDA SIAPA?? KENAPA ADA TENDA DITENGAH KERAMAIAN? BAGAIMANA TENDA ITU BISA BERDIRI DENGAN PERCAYA DIRINYA? APA YANG MELATARBELAKANGI TENDA ITU BERDIRI? KAPAN TENDA ITU BERDIRI? TOLONG JAWAB...JAWAB!!!


Itu tenda siapa???

Beginilah kekuatan sosial media. Pola promosi era modern. Tanpa harus membayar mahal untuk promosi, cukup undang para blogger travel dah meminta mereka untuk review, terus unggah ke sosial media, maka para follower akan berbondong-bondong datang terus unggah ke sosial media mereka terus banyak yang lihat terus dan terus sampai akhirnya tempat itu akan menjadi hits. Yang akhirnya mengundang banyak orang untuk datang. Jangan harap keprivasian saat datang ketempat yang sudah booming. Tetapi ikhlaslah untuk berbagi keindahan. Toh dengan adanya wisatawan yang datang menambah pendapatan penduduk sekitar. Menambah Sumut ini semakin terkenal dimata penduduknya sendiri, di luar Sumut bahkan dunia. Semoga dengan ramainya pengunjung yang datang juga diiringi sarana dan prasana yang baik dari pemerintah daerah setempat serta inovasi dari pengelolanya. Sayang kalau hanya untuk berfoto dan fasilitas yang kurang seperti toilet, maka lama kelamaan BIS akan ditinggal pengunjungnya.

Ini lah perjalanan kemah kami yang bodoh tapi seru. Setidaknya menambah lagi memori indah yang terjadi di masa muda. Menambah cerita indah yang bakal dikenang kedepannya. Terima kasih untuk Bang Yudi yang ditinggal istrinya liburan, #Eh dan Bang Efrizal yang dikudeta istrinya yang lebih memilih liburan ke fundland. kalian sudah mau mengendarai mobil walau agak “sedikit” ugal-ugalan. Terima kasih kepada Basawandi sebagai pemandu wisata kami walau nyasar sedikit tapi yaah sudahlah yang penting kami bisa makan siang gratis dirumah mu dan bertemu orang tuamu serta membongkar aibmu. Kami disini adalah:
1. Siti Mawaddah, guru matematika yang menyamar jadi perempuan. #KaburkePelukanYesung
2. Eka lestari, guru seni budaya sang penari yang mudah galau. #KWUkaKWU
3. Garnis, guru PPKN yang bakalan menjadi PNS dan penggemar lambe turah sejati. #HardcoreFans
4. Yunita Adiasa Pratama, guru biologi calon adik ipar yang selalu bertengkar dengan guru biologi lainnya, Fajrin. #ehm #Amin
5. Rizki Herdian, calon suaminya A.... ah sudahlah ya dek yaa. #Ikhlaskan
6. Rahmat Fajrin, guru biologi teman berkelahinya Yunita dan wali kelas kesayangan Avicenna #MuntahBerlian.
7. Reza Fahlevi, guru Bahasa Inggris yang suka dunia debat tapi ngomongnya lebih sedikit dari makannya Empay. #PaksaNgomongPakaiKakakVaksin #Ups 
8. Dan saya, Euis Munawarah yang masih setia mengharapkan Lee Min Ho putus dari Suzy #masihPrinsip 

Mari bertemu lagi di destinasi lainnya.. ;)




2 comments:

  1. tempatnya instagramable banget kk,

    ReplyDelete
  2. seru yach, baru sekali ke sana and belum ada waktu untuk berkemah

    ReplyDelete

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...