Euistory: (Review Book) Anak Rantau

Tuesday 23 January 2018

(Review Book) Anak Rantau


.


"Sejarah mencari jalannya untuk mengulang peristiwa-peristiwa" ~Ahmad Fuadi, Anak Rantau


Bagi yang sudah membaca novel trilogi karya Ahmad Fuadi, novel Anak Rantau ini wajib banget dibaca. Apalagi kalau kamu anak bersuku Minang dan tinggal di daerah Sumatera Barat. Wajibnya udah pangkal 3 baca buku ini. Kenapa, karena karya Ahmad Fuadi yang kental dengan budaya Minang dan penggambaran daerah Minang dengan segala suku budaya dan kebiasaannya ditampilkan renyah di buku Anak Rantau ini. Pokoknya semacam makan kerupuk yang renyah dan buat nagih dan gak bakalan berhenti sampai kerupuk di toples habis.

Mungkin novel ini bukan novel baru yang fresh from the oven. Karena terbitan pertamanya Juli 2017 dan aku baru beli setelah novel ini naik kecetakan ketiga. Awalnya siih mikir ini pasti novelnya bercerita tentang anak kampung yang merantau ke ibukota atau luar negri. Sambil berharap dapat gambaran tentang suasana di luar negeri. Karena emang aku pribadi tergila-gila dengan suasana luar negeri. Tapi ternyata aku malah disuguhkan suasana kampung di salah satu desa kecil di Sumatera Barat.


Review novel ini asli murni menurut pendapatku. Aku tidak mengikuti standard ngereview buku ala-ala kritikus buku. Aku mah cuma pembaca cerewet yang suka nyinyirin suatu buku yang kubaca tapi belum bisa buat buku biar dinyinyirin sama orang lain. Nah jadi kalau dalam ngereview buku ini ada yang tak sesuai maklum kan aja lah yaa... ini pendapatku. Kalau tak setuju yaah silahkan buat tulisan sendiri. #PembelaanDiriAlaEuis

1. Pertama kita mulai dari plot cerita di novel ini.

Novel ini menceritakan tentang anak remaja SMP Jakarta yang nakalnya luar biasa. Saking nakalnya, dia tidak mengisi jawaban soal ujiannya sehingga nilai di raportnya 0 (nol) semua. Semua guru sepakat untuk membuat Hepi, sang tokoh utama, tidak naik kelas. Ayah yang merasa malu dan gagal mendidik serta membesarkannya akhirnya mengambil keputusan untuk membawa Hepi ke kampung halamannya di Tepi Danau Talago tempat kakek dan nenek Hepi tinggal. Disana Ayah Hepi meminta bantuan orang tuanya untuk mendidik Hepi dengan adat Minang dan pendidikan Islam yang kental.

Nah di Kampung ayahnya ini lah Hepi banyak belajar tentang kehidupan. Tentang pertentangan dirinya kepada dunia. Tentang amarahnya kepada ayahnya yang telah meninggalkan atau merasa dibuang di kampung yang nun jauh dari ibukota Jakarta. Hepi mendapatkan banyak pengalaman seru sampai akhirnya mengungkap bandar narkoba yang masuk kampung. Mengenal orang yang paling ditakuti di kampung yang akhirnya menjadi tempat curhatnya. Belajar banyak tentang Islam dan kebudayaan Minang. Menemukan teman sejati sepermainan dan sepertualangan. Hidup dengan kakek yang keras dan nenek yang super sabar. Tinggal di surau bersama anak-anak kampung lainnya. Hepi benar-benar mendapatkan pengalaman luar biasa yang tidak dia dapatkan dari Jakarta.

Dalam cerita ini Hepi ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa yang dilakukan ayahnya salah karena telah meninggalkan dia di Kampung. Kemudian Hepi menantang ayahnya kalau dia akan kembali ke Jakarta dengan ongkosnya sendiri dari hasil usahanya sendiri. Maka dari permasalahan inilah alur cerita mengalir menjadi satu novel. Tentang perjuangan Hepi mencari rezeki untuk membeli tiket ke Jakarta. Semua pekerjaan diladenin oleh Hepi, dari menjadi pelayan yang hanya digaji Rp 10.000 sampai menjadi kurir........................................................ yahh kurir yang tidak disangka-sangka olehnya.

Nah apakah Hepi mau kembali ke Jakarta setelah mendapatkan semua pengalaman seru yang merubah hidupnya? Atau malah memutuskan untuk tinggal di Kampung bersama kakek dan neneknya? Itu lah yang masih di simpan Ahmad Fuadi sang penulis. Aku mikirnya sih mungkin ada Anak Rantau 2, atau Anak yang kembali merantau, atau Anak Rantau Prapat yang mendarat di Ibukota. Plis abaikan judul yang terakhir.

Penulis melihat pembaca untuk menebak akhir cerita dan memang menurutku sih ada versi keduanya. Karena alur ceritanya gantung. Kayak perasaan abang itu. Gak jelas. Abu-abu. ahahahahahahahahahahaha...
Mungkin karena aku tipikal pembaca yang suka ceritanya berakhir jelas. Karena aku suka ngayal sendiri ending suatu cerita kalau belum jelas. Suka buat cerita sendiri versi aku walau pun kebanyakan absurd. Ini makanya aku belum bisa buat novel sekelas Ahmad Fuadi ataupun Habiburahman El-Shirazy #NikahiAkuFahri 


2. Karakter di dalam novel.

Karakter pertama dan yang menjadi pemeran utama dalam novel ini tentu saja sang anak yang merantau dari padatnya kota Jakarta ke kampung kecil di pinggir Danau Talago, Sumatera Barat.

Hepi

Hepi adalah remaja SMP yang tinggal di Jakarta bersama ayahnya dan kakaknya. Ibunya telah meninggal saat melahirkan Hepi dan ayahnya memilih untuk tidak menikah lagi. Jadilah Hepi hidup tanpa belaian kasih sayang ibu. Selain itu ayahnya juga sibuk bekerja di percetakan sehingga hari-harinya Hepi merasa kesepian. Oleh sebab itu Hepi akhirnya menjadi anak yang keras kepala, yaaah sedikit nakal lah karena butuh perhatian. Namun yang aku suka dari karakter Hepi ini adalah hobinya membaca buku. Jadi walau pun yaah guru-guru sekolahnya bilang dia nakal, tetapi pengetahuannya diluar jangkauan orang. Kenapa?? Karena dia suka membaca. Kegemarannya ini tumbuh karena ayahnya yang bekerja di dunia percetakan sering membawanya ke toko buku di Kwitang, Jakarta. Di kampung nanti Hepi akan menemukan gudang buku yang memiliki koleksi buku dari zaman penjajahan dulu dan menjadi tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu.
Satu lagi yang aku gak akan lupa dari si Hepi yaitu namanya. Pelis atuh itu nama unik pisan euy. Donwori Bihepi. Karena ayahnya ingin anaknya tumbuh bahagia tanpa memikirkan apapun. hmmmmmm...boleh Yah boleh....

Zen dan Attar

Temannya Hepi yang juga masih sepupuan dengan Hepi. Kalau yang satu gendut yang satunya lagi kurus. Keduanya adalah tipikal anak kampung yang lasak tetapi penakut dan suka kemakan isu gak jelas atau biasa kita bilang gosip kampungan. Dengan Zen dan Attar ini lah, Hepi mengalami banyak petualangan seru yang merubah hidupnya. Dari main bola di lapangan, jualan duren, punya beskem yang bernama sarang elang, sampai mengalami kejadian seru yang berujung kepada maut. Khas pertemanan anak kampung yang tidak Hepi dapatkan di kota besar. Hepi benar- benar seperti namanya Happy  saat bersama kedua sahabatnya ini. Banyak hal yang lucu saat mereka bersama di novel ini. Ahmad Fuadi menceritakan kisah mereka sambil membuat para pembaca flashback tentang masa kecilnya dulu. Tapi mungkin hanya bagi mereka yang juga memiliki kenakalan sama dengan ketiga sahabat ini. Untuk kids zaman jigeum (sekarang) siih mana bisa ngerasakannya. Kebanyakan main hape mereka sama nonton Anak Langit di escetepe.

Kakek dan Nenek

Kakek Hepi adalah karakter yang memiliki cerita yang cukup kuat di novel ini. Ini karena hampir seluruh cerita ini berlatar di kampung dan kakek/nenek sering berinteraksi dengan karakter utamanya. Kakek juga dipanggil datuk oleh orang-orang kampung. Karena memang dia sudah dituakan dan cukup disegani. Kakek adalah orang yang juga menghidupkan kembali aktifitas surau di kampung setelah mati suri. Kakek adalah orang yang keras tetapi selalu kalah dengan nenek. Ada siih alasannya kenapa kakek selalu mengalah dengan nenek walau kadang keputusannya sudah bulat menyangkut hukuman Hepi, tetapi saat nenek yang berbicara kakek tidak bisa berkutik.
Karena permasalahan dahulu dengan ayah, makanya ayahnya Hepi tidak pernah pulang kampung sama sekali dan memilih merantau ke Jakarta. Tapi karena tingkah Hepi yang luar biasa, sang ayah memberanikan diri pulang dan memohon bantuan kakek untuk mendidik Hepi. Kasian juga sih Hepi di Jakarta gak ada yang ngurusin. Ayah sibuk kerja, ibu sudah meninggal, dan Dona kakak satu-satunya juga masih sekolah. Padahal remaja seperti dia kan  butuh perhatian dalam masa tumbuh kembangnya.
Kakek ini juga semacam punya CCTV berjalan, sehingga semua aktifitas Hepi terpantau dengan jelas oleh kakek. Saat dia bekerja di rumah Bang Lenon yang merupakan mantan preman di Jakarta. Kakek marah besar dan murka tapi kembali adem saat nenek sudah bicara. Kemudian saat Hepi bekerja di Lapau milik Mak Tuo, kakek pun tahu dan menyuruh Hepi untuk segera berhenti. Kemudian nenek kembali menjadi malaikat tanpa sayap Hepi dan akhirnya kakek pun membiarkan Hepi bekerja di Lapau. Itulah kakek dan nenek, kalau bertengkar yaah bertengkarnya sudah masalah cucu. Bukan pertengkaran rumah tangga yang berat lagi.

Itu siih karakter utama menurutku. Selebihnya ada ayah bernama Martiaz, Bang Lenon, Pendeka Luko (Sang Pahlawan yang terlupa dan dianggap mistis oleh warga kampung) Mak Tuo, Ibu Ibet dan beberapa karakter pembantu lainnya.

Sampul Belakang

Kalau di Negeri 5 Menara quote yang terkenal adalah Man Jadda Wa Jadda, maka di novel ini quote yang menjadi nilai utama adalah Alam Terkembang Menjadi Guru. 

Inilah nyinyiran ku tentang novel ini. Overall novel ini benar-benar bagus. Bahasa yang penuh dengan nilai sastra, penggambaran latar yang cantik dan seakan membawa kita berada di pinggir danau. Yaah selama membaca novel ini aku ngebayangi orang-orang yang tinggal  dipinggiran Danau Toba. Walau Danau Talago yang diceritakan disini tidak sebesar Danau Toba. Tapi kebayang aja gitu, rumah panggung, sampingnya danau, dengan banyak karamba ikan.

Intinya kalau mau tahu cerita detail beli novelnya sih. Kalau boleh kasi bintang novel ini bintang 4 mantap dehhhh. Tapi siapa kau Euis mau kasi-kasi bintang. Bintang kehidupanmu saja tak jelas.

"Bagi Hepi, alam terkembangnya kini adalah kampungnya, tempat dia berguru rupa-rupa. Jakarta terasa semakin jauh, kampung terasa semakin dekat"

***The end***


No comments:

Post a Comment

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...