Euistory: Kita Pun Akan Pulang

Monday 23 September 2019

Kita Pun Akan Pulang



"Dan milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan" (Q.S. Al-Imran: 109)

Ketika kita dilahirkan di dunia waktu kita akan pulang pun telah tercatat dengan baik di kitab Lauhul Mahfudz. Begitu suara tangisan pertama kita pecah, maka saat itu pula sebenarnya kita sedang menghitung waktu mundur kita untuk hidup di dunia. Yaah dunia hanyalah tempat persinggahan sementara karena sebenarnya hidup abadi itu ada di surga atau neraka.


Konsep hidup-mati-alam kubur-akhirat-hisab-surga/neraka sudah kuketahui sejak masih berlajar di madrasah dulu. Bahkan aku pun meyakininya dengan baik. Secara teori, aku sudah paham dan siap bila itu terjadi. Namun secara praktek, kenyataan yang dihadapi tak semudah membaca buku agama. 

Hal ini terjadi saat aku harus kehilangan ibu yang pulang ke pangkuan Allah SWT lebih dulu. Ibu yang sakit sejak awal Ramadhan dan divonis dokter menderita kanker serviks, harus pulang lebih cepat dari perkiraan ku. Ibu bahkan belum sempat melakukan kemoterapi untuk kankernya. Karena kami tahu ibu menderita kanker pada tanggal 17 Ramadhan dan Ibu pulang pada tanggal 07 Syawal. Hanya 20 hari waktu kami mengetahui penyakit ibu dengan jarak kepergian ibu. Perjalanan kami untuk mengetahui sakit ibu harus mendatangi 4 rumah sakit. Namun usaha ini belumlah maksimal karena kadang diri ini masih bergumam dalam hati 

"Ibuuu kok cepat kali perginya, kita belum melakukan apapun lhoo Bu untuk penyakit ibu, kita belum berjuang lhoo Bu" 

Itu lah pernyataan tidak ikhlas dari diriku. 

Seminggu, sebulan, rasa sedih kepergian ibu belum juga hilang. Ikhlas itu suliiit sekali. Itulah sebabnya ikhlas adalah pelajaran tertinggi bagi seorang ummat. Karena ikhlas hanya mudah diucapkan tapi sulit dijalankan. Setiap saat ada saja godaan syetan membisikkan pada diriku. Kenapa ibu harus pergi disaat aku tak ada. Padahal saat ibu sakit aku lah anaknya yang selalu mendampingi ibu. Akulah yang tahu setiap detail penyakit ibu. Aku lah yang berjumpa dengan dokter dan mendengarkan ceramah dokter. Tapi kenapa disaat aku hanya pergi sekali, iyaa hanya sekali itu aku pergi, itu pun karena memang harus pergi, Ibu juga pergi selamanya dari ku?? Itulah bisikan syetan yang selalu membayangi ku. 


Seiring berjalannya waktu, aku harus move on dari kesedihan ditinggal ibu. Karena ada bapak yang juga butuh perhatian. Healing terbaik saat kita sedih adalah Al-quran. Al-quran memang ajaib menyembuhkan kegalauan dan kesedihan. Jadi setiap aku sedih dan rinduuuuuu kali sama ibu, maka ambil Quran dan baca. It's a miracle that Allah gave to us. Bukan hanya sebagai pengingat dan penyampai kabar bahagia bagi orang yang beriman, tapi juga mampu menyembuhkan luka bagi sebuah kesedihan. Masya Allah Tabarakallah.

Saat aku sudah menjalani hari dengan baik, bertemu dengan keluarga yang baru. Karena aku baru saja pindah kerja, setelah mengabdi selama 5 tahun 8 bulan di CTF. Dua minggu setelah mengadakan pengajian dan tahlilan 40 hari ibu, aku harus menghadapi bapak yang jatuh tiba-tiba di rumah. Bapak mengalami pendarahan otak dan harus segera dioperasi. Hanya seminggu bapak menginap di rumah sakit, bapak pun harus pulang ke pangkuan Allah SWT. Hanya dua bulan 3 hari bapak berpisah dengan ibu. Bapak tak mau lama-lama didunia ini. Ibu juga tak mau sendirian disana. Begitulah kiranya. 

Kembali hati ini mengalami kesedihan yang belum sepenuhnya sembuh. Siapa yang akan lupa bagaimana rasanya ditinggal orang yang paling berharga bagi hidup kita, tapi dua bulan kemudian lelaki yang paling berjasa dalam hidup ku, cinta pertama seorang anak perempuan, lelaki yang paling mengerti seorang perempuan pun akhirnya harus pergi selamanya. Hanya dua bulan aku seketika jadi anak yatim piatu. kembali hati ini rapuh, hancur, dan kembali syetan bahagia membisikkan ke telinga ku. Menggoyang rasa ikhlas ku, mengacaukan pikiran dengan perasaan takut dan kesedihan yang tak berkesudahan, Merusak iman ku dengan kata kenapa, andai saja, kok bisa, yang sebenarnya tak usah ditanyakan lagi karena kita pun semua pasti akan pulang, hanya tinggal menunggu giliran. 


Allah SWT tidak akan menguji manusia diluar batas kemampuan manusia itu. Allah Maha Mengetahui dan Penyayang. Sekarang yang terpenting disaat aku lemah, hanya Allah lah penguat dan penolong ku. Dan hanya kepada-Nya lah aku bergantung. 

Kembali akal pikiran dan hati harus bekerja sama dalam mengambil pelajaran. Pelajaran dari kepergian ibu dan bapak. Aku pun harus segera menyembuhkan kesedihan hati ditinggal orang tuaku. Kembali Alquran adalah penyembuh luka ini. Mungkin ini juga yang menjadi pelajaran bagi ku agar aku bisa lebih dekat dengan Qur'an. 

Aku pun menyadari kalau kita pun akan pulang juga. Pulang ketempat dimana kita akan mempertanggungjawabkan segala yang telah kita lakukan di dunia. Melaporkan kepada Yang Maha Kuasa atas pekerjaan selama hidup. Karena dunia bukanlah rumah selamanya, karena dunia bukan lah tempat yang harus diutamakan, karena dunia hanyalah persinggahan yang tidak akan bisa dibawa ke alam akhirat.

Sedih memang karena harus ditinggal bapak dan ibu, tapi lebih sedih lagi saat tak ada doa yang sampai ke mereka sebagai amalan yang terus berjalan. Karena mungkin terlalu banyak maksiat yang dilakukan anaknya. Jadi kepergian bapak dan ibu seharusnya menjadi semangat untuk beribadah. Karena selain kewajiban dan bekal akhirat untuk ku, juga ada orang tua yang mengharapkan doa dari anaknya sebagai cahaya bagai rumah baru mereka.




No comments:

Post a Comment

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...