Euistory: PMB: Pencarian Mutiara Bangsa

Sunday 29 March 2015

PMB: Pencarian Mutiara Bangsa

All participants from Sibolga
Tanggal 21-22 Maret 2015 SMA Unggulan CT Foundation mengadakan ujian seleksi masuk ke SMAU CTF. Ujian tertulis ini digelar di 10 titik di seluruh penjuru Sumatera Utara. Dari 10 titik tersebut, Tapanuli selatan dan Tapanuli Tengah adalah titik terjauh, tapi disitu lah aku ditempatkan. Bahkan satu-satunya perempuan yang bergabung dalam kepanitiaan PSB. Gak ngerti juga mungkin karena perawakan dan tingkah laku ku yang seperti laki-laki dan dianggap tangguh untuk melakukan perjalanan 14 jam (walaupun setiap kesana pasti muntah juga)




Ini kedua kalinya aku dikirim ke Panyabungan, Kota tempat menggelar ujian seleksi di mandailing Natal. Tentu perjalanannya dan lokasi ujiannya sudah tidak asing lagi bagiku. Kali ini aku tidak hanya dengan bg Koko saja yang merupakan perwakilan dari CT Foundation. Tetapi ada juga Bg Efrizal dan Guntar bersama kami.

Tim panyabungan, Padang Sidempuan dan Sibolga. Dari kiri ke kanan, Efrizal, Guntar, Aku dan Koko
Perjalanan cukup melelahkan karena di dalam mobil yang diisi 7 orang. Aku benar-benar merasakan yang namanya dunia ini sempit. jadi wajar yaa kalau perasaan mual ini menggelinjang di perut dan akhirnya sampai ke otak. Belum lagi kondisi jalan yang sangat tidak manusiawi. Lubang dimana-mana, belokan dan tikungan tajam. Kadang sering berpikir sendiri kapan yaa Indonesia bisa bebas dari jalanan yang berlubang. Susahnya sudah seperti Indonesia bebas dari impor. Impor minyak, beras, gula, kemiskinan bahkan kejombloan...halahhhh lagii dan lagii

Ujian berlangsung dengan lancar, aman dan terkendali. Kami melaksanakan tugas kami masing-masing. Walau malamnya tidur lama dan di perjalanan tidurnya juga gak kegenahan tapi Alhamdulillah tubuh masih bisa beraktifitas. Masih mending fisik sih yang lelah daripada hati ini. Kalau fisik kasi isitirahat 1 harian aja besoknya udah fit lagi, kalau hati........ minta tuntunan Allah aja kemana dibawa hati ini.

Karena ujian seleksi ini dilaksanakan selama 2 hari di dua tempat yang berbeda, maka dari 4 orang perwakilan CTF, dipecah menjadi dua. Aku dan bg Koko ke Sibolga sedangkan Bg Izal dan Guntar ke padang Siedempuan. Kami janjian ketemuan di Parapat selesai ujian ini. Di Sibolga lebih mudah daripada di Panyabungan. Mungkin karena pesertanya lebih sedikit darpada di Panyabungan jadi pekerjaan pun jauuh lebih mudah dan cepat selesai. Tapi Kota Sibolga itu panasnya luar bisa tapi untungnya mereka punya air yang segar karena langsung dari pegunungan. Malamnya angin sepoi-sepoi karena dekat dengan laut. Jadi ingat waktu sampai di SMP tempat diselenggarakannya ujian seleksi, kami sampai disana pas waktu maghrib, dan kami harus beradu dengan angin pantai yang sejuk. Belum lagi rok ku yang kembang dan tergerai melambai layaknya sedang syuting video klip Sistar yang I love You. Merasa jadi Hyeorin saat itu. Tapi sadarnya punya ku gak sebesar Hyorin. #ups... if yu know what I mean

Kalau boleh dibandingkan siswa-siswa di Sibolga lebih enak mengaturnya daripada yang di Panyabungan. Itu juga pengalaman testernya kalau di Sibolga mengarahkan dan menjelaskannya lebih enak karena mereka ngerti bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Berbeda di Panyabungan yang komunikasi masih 98% menggunakan bahasa Mandailing. Jadi wajar Bahasa Indonesia masih seperti bahasa asing. Itulah kendala kalau anak Mandailing datang ke CTF yang HARUS, WAJIB, menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Masih ingat kata Ozi dan Dewi untuk buat mereka lancar bahasa Inggris butuh proses panjang dan ketekunan. Karena susah merubah bahasa yang mereka pakai sehari-hari ke bahasa asing dalam waktu 3 bulan. Apalagi mereka datang di usia 15 tahun. Tapi itu lah tantangannya yang buat CTF ini menarik (menurutku)
calon mutiara bangsa dari Sibolga

Dari pengalamanku yang sudah 2x ikut panitia seleksi penerimaan siswa baru atau kami biasa menyingkatnya PSB, benar-benar suatu pengalaman yang luar biasa. Dari awal menghubungi mereka satu-satu melalaui telepon, kemudian melihat perjuangan mereka sampai ke lokasi ujian bahkan ujiannya sendiri. Mencari mutiara itu tidak pernah mudah. Walau dipelosok daerah pun, tertutup di balik gunung, di puncak ataupun lembah gunung, di pesisir pantai yang tak bertuan, mutiara itu bersinar maka sinarnya akan tetap terlihat. Kemudian di asah di CTF untuk menjadi sebuah batu mulia yang bernilai harganya. Bukan batu akik,batu giok ataupun batu nisan. Bagaimana mereka berproses itu tergantung mereka sendiri. Para staff pengajar hanyalah media saja.

Tapi dari pencarian mutiara tersebut, tidak selamanya kami dapat mutiara, berlian ataupun permata. Adakalanya yang kami dapatkan hanyalah batu biasa, bahkan ada juga sampah. Tapi batu biasa dan sampah pun bisa berguna juga kalau kita bisa memanfaatkannya dan mendaur ulangnya. Kalau gak ada batu, gimana mamak kita menggiling sambal belacan, memecahkan batu es dan benda keras lainnya. ( cuma itu yang kutahu manfaat batu yang sering aku pakai ) Kalau gak ada sampah darimana kita tahu kotor?? Iya gak?? Iya kan aja udah biar cepat.

Daripada PSB aku lebih suka menyebutnya PMB (Pencarian Mutiara Bangsa) karena kalau penerimaan siswa baru sama saja seperti sekolah-sekolah lain yang menerima siswa baru. Tapi ini CTF pemirsa. Mereka bukan hanya siswa tapi juga kadang jadi anak atau mungkin jadi adik. Iya adek ketemu gede...cieeeee.... #Ups lagi

Seperti yang kujelaskan diatas mereka mutiara, mereka permata dan semoga mereka adalah calon-calon pemimpin Bangsa yang mengatur dan pembuat kebijakan untuk dunia yang baru yang lebih baik. #Edisibijakkalihariini

Di MTSn Panyabungan yang merupakan lokasi ujian di Mandailing Natal


Bentuk nomor peserta dan soal ujiannya yang susahnya buat satu anak muntah
Upacara pembukaan seleksi penerimaan siswa baru


Full team Sibolga, From psikologi USU, Trans Tv, School commitee and CT Foundation



No comments:

Post a Comment

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...