Euistory: pencarian Mutiara Bangsa part II (Survey)

Monday 22 June 2015

pencarian Mutiara Bangsa part II (Survey)

School is buliding which has four walls with tomorrow inside

Lon Watters




Setelah keliling-keliling di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Tengah mencari mutiara bangsa melalui tes tertulis yang diadakan SMA Unggulan CT Foundation bekerja sama dengan Trans Media, maka tahap kedua untuk masuk ke SMA Unggulan CT Foundation adalah survey ke rumah calon siswa yang dinyatakan lulus tes tertulis. Tujuan survey ini dilakukan adalah untuk melihat secara langsung rumah, keadaan ekonomi keluarga calon siswa. Apakah benar-benar berasal dari kalangan menengah ke bawah dan benar- benar layak dibantu. Maklum karena beasiswa yang di berikan Pak Chairul Tanjung melalui CT Foundation diperuntukkan anak-anak yang kurang secara ekonomi namun berprestasi di bidang akademik dan non akademik.

Maka setelah pengumuman kelulusan tes tertulis di rilis oleh SMA U CTF dan Trans Media, dibentuklah tim survey yang akan menjelajahi Sumatera Utara untuk menemukan mutiara-mutiara bangsa yang bertebaran. Salah satu tim survey tersebut adalah aku. Bukan karena integritas ku, tapi lebih kayak ooh Bu Euis kan gak ngajar, trus dia kan agak kayak laki-laki yaa..ya udah dia bisa tuh dijadikan tim survey. Yaah tapi aku senang-senang aja menerimanya. mikir dalam hati, pengalaman baru lagi nih.. ada bahan untuk ngeblog lagi nih...hahhahah walaupun di postnya dua minggu setelah survey berlangsung....



Setelah merapatkan lokasi, dan penempatan lokasi, maka aku bersama Abi Sholeh, pak Zulham dan satu dari Trans TV yang saat itu belum tahu siapa, ditempatkan di sekitar Medan, Binjai, Deli Serdang, Stabat, dan kabanjahe. Total calon siswa yang akan kami survey sebanyak 40 orang.



inilah tim survey
Tanggal 19 Mei 2015 seluruh tim survey pun berangkat ke lokasi masing-masing. Padahal tanggal itu ada wisuda anak-anak Genta Cakra di sekolah. Sebenarnya wisudanya sih tanggal 18 Mei, tapi karena ini agak spesial makanya wisudanya dua hari. Susah menjelaskannya... dan gak ku tulis juga dalam blog ini, karena menurutku biasa aja, bagi akunya....hehehheheh

Lanjut ke survey, jadi tanggal 19 Mei hari Selasa aku berangkat bersama pak Zulham, Anto (Trans TV) dan Pak Iwan sang driver kami menuju lokasi rumah anak (bilangnya anak yaa biar kelihatan dekatnya) rumah pertama yang kami datangi adalah bernama Napika Pohan di Belawan. Inilah anak pertama yang ku survey. Kelihatan aku masih sangat canggung saat bertanya maklum masih newbie.

Sebelum pergi survey  banyak  yang mengatakan bakalan terharu atau sedih melihat keadaan calon siswa. Tapi ternyata perasaan ku biasa saja. Entah hati ini udah mulai mebatu atau aku juga udah biasa melihat keadaan ekonomi kelas bawah. karena lingkungan sekitar ku juga gak kaum elite juga. Atau bisa jadi dipikiran ini malah "hmmm ntar anak-anak ini malah gak tau diri di sekolah" pikiran udah jelek aja, gimana mau maju #selftalk

salah satu rumah calon siswa
perjalanan survey dilakukan selama 5 hari untuk mendatangi rumah satu demi satu calon siswa SMA CTF. Dari yang paling dekat di Marelan sampai yang paling jauh di Dairi. Kami berjumpa siswa dari yang berasal dari keluarga kaya ran limpah ruah (Ntah gimana si anak ini bisa mendaftar di SMAU CTF, karena gizinya bagus, dia bisa lulus tes tertulis dgn nilai yang bagus) sampai keluarga berantakan yang ayahnya tak jelas kemana.
Tidak etis kalau aku berbicara tentang kehidupan siswa ini satu per satu, karena bukan hanya itu merupakan privasi mereka, aku juga capek menjabarkan 40 siswa. Udah macam buat laporan hasil survey aja kalau gini.

Yang pasti siswa-siswi ini berasal dari keluarga yang cukup memprihatinkan. Kami harus mendengar satu per satu cerita orang tua mereka. Mendengar pekerjaan orang tuanya, penghasilan perbulannya, cerita-cerita keluarga mereka sehari-hari. Hidup penuh pas-pasan, kadang orang tua tersebut harus menangis menceritakan kembali bagaimana pahitnya kehidupan mereka. Bahkan ada calon siswa yang harus berjalan kaki selama 30 menit untuk menuju sekolahnya. Ada yang harus bekerja di depot air isi ulang untuk membantu biaya pendidikannya, ada yang membantu ibunya menyiapkan jualan sarapan sebelum sekolah. Yaaahhhhh itulah beberapa cerita yang harus kami dengarkan dan kami tulis sebagai bahan refrensi kami untuk menerima mereka di sekolah tercinta ini. Dan dari semua itu yang paling membuat ku lelah adalah saat harus bertanya mengenai aset di rumah mereka. Kami harus bertanya sedetail mungkin. Dari harga barang ini berapa dulu waktu beli, tahun berapa belinya, bagaimana metode membelinya, cicil atau cash. Kalau cicil berapa per bulannya. Merk apa barang ini, itu...

hufftttt adek lelah bg.........
salah satu aset yang harus ditanya astu per satu
Bayangkan aku harus bertanya pertanyaan itu semua ke 40 orang tua siswa. Karena pertanyaan aset itu sangat penting makanya pertanyaan itu tidak boleh di skip. Perasaan lelah pasti ada apalagi kami harus berkeliling mencari alamat calon siswa, bertanya sana sini. Tapi bila saat  melihat calon siswa yang akan disurvey antusias, kamipun jadi semangat kembali. Contohnya saat kami mendatangi rumah calon siswa, kondisi sudah malam, angin bertiup kencang akan hujan, badan sudah lelah, perut lapar, jalan menuju rumahnya berbatu. Tapi saat kami bertemu anaknya, berbicara dengannya, dan melihat betapa antusias anaknya. Kami jadi ikut semangat. Tidak ingat akan lelah dan lapar yang melanda. Si anak itu adalah.........................(semoga dia lulus)

Aku berharap saat mereka dinyatakan lulus dan bergabung di keluarga besar SMA unggulan CT Foundation, mereka bisa benar-benar menjadi mutiara bangsa yang membanggakan Indonesia dan dapat mengguncang dunia. Mereka bisa sadar mereka darimana, bersyukur dengan apa yang ada, tidak mudah mengeluh, manja, dan buat sakit kepala kami semua. Insya Allah mereka bisa meraih kesuksesan sesuai cita-cita mereka.
Ada seorang siswa (sudah alumni sekarang) berkata padaku,
ada dua tipe anak CTF. Pertama anak yang bersyukur dan yang kedua anak yang tak tahu diri. Bila tipe yang pertama, maka si anak tersebut akan menjalani semua regulasi dan peraturan yang berlaku di CTF tanpa merasa terpaksa. Dia akan enjoy menjalani hidup berasrama disini. Dan untuk tipe yang kedua maka semua yang dilakukan untuknya salah, semua hal peraturan dimatanya salah. Dia akan berat menjalani hari demi hari di CTF.

Inilah akhir dari proses pencarian mutiara bangsa. Selanjutnya adalah mereka yang dinyatakan lulus bisa berproses dengan semaksimal dan sebaik mungkin di lingkungan SMA U CTF.

NB: sedikit telat untuk memposting tulisan ini. Sebenarnya sudah sangat lama ditulis tapi masih dalam bentuk draft. Tak tahu sampai kapan. Mungkin sampai ada kemauan dan mengumpulkan mood yang banyak untuk menyelesaikan tulisan ini. Beginilah kalo penulis gadungan yang menulis bergantung mood.



calon siswa bersama keluarganya







salah seorang siswa bersama buku Pak CT. selain itu siswa ini adalah seorang penulis buku remaja
seluruh tim survey sepakat menyukai anak ini ^_^

proses tanya jawab dengan orang tua siswa





No comments:

Post a Comment

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...