School is buliding which has four walls with tomorrow inside
Lon Watters
Setelah keliling-keliling di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Tengah mencari mutiara bangsa melalui tes tertulis yang diadakan SMA Unggulan CT Foundation bekerja sama dengan Trans Media, maka tahap kedua untuk masuk ke SMA Unggulan CT Foundation adalah survey ke rumah calon siswa yang dinyatakan lulus tes tertulis. Tujuan survey ini dilakukan adalah untuk melihat secara langsung rumah, keadaan ekonomi keluarga calon siswa. Apakah benar-benar berasal dari kalangan menengah ke bawah dan benar- benar layak dibantu. Maklum karena beasiswa yang di berikan Pak Chairul Tanjung melalui CT Foundation diperuntukkan anak-anak yang kurang secara ekonomi namun berprestasi di bidang akademik dan non akademik.
Maka setelah pengumuman kelulusan tes tertulis di rilis oleh SMA U CTF dan Trans Media, dibentuklah tim survey yang akan menjelajahi Sumatera Utara untuk menemukan mutiara-mutiara bangsa yang bertebaran. Salah satu tim survey tersebut adalah aku. Bukan karena integritas ku, tapi lebih kayak ooh Bu Euis kan gak ngajar, trus dia kan agak kayak laki-laki yaa..ya udah dia bisa tuh dijadikan tim survey. Yaah tapi aku senang-senang aja menerimanya. mikir dalam hati, pengalaman baru lagi nih.. ada bahan untuk ngeblog lagi nih...hahhahah walaupun di postnya
Setelah merapatkan lokasi, dan penempatan lokasi, maka aku bersama Abi Sholeh, pak Zulham dan satu dari Trans TV yang saat itu belum tahu siapa, ditempatkan di sekitar Medan, Binjai, Deli Serdang, Stabat, dan kabanjahe. Total calon siswa yang akan kami survey sebanyak 40 orang.
![]() |
inilah tim survey |
Lanjut ke survey, jadi tanggal 19 Mei hari Selasa aku berangkat bersama pak Zulham, Anto (Trans TV) dan Pak Iwan sang driver kami menuju lokasi rumah anak (bilangnya anak yaa biar kelihatan dekatnya) rumah pertama yang kami datangi adalah bernama Napika Pohan di Belawan. Inilah anak pertama yang ku survey. Kelihatan aku masih sangat canggung saat bertanya maklum masih newbie.
Sebelum pergi survey banyak yang mengatakan bakalan terharu atau sedih melihat keadaan calon siswa. Tapi ternyata perasaan ku biasa saja. Entah hati ini udah mulai mebatu atau aku juga udah biasa melihat keadaan ekonomi kelas bawah. karena lingkungan sekitar ku juga gak kaum elite juga. Atau bisa jadi dipikiran ini malah "hmmm ntar anak-anak ini malah gak tau diri di sekolah" pikiran udah jelek aja, gimana mau maju #selftalk
salah satu rumah calon siswa |
Tidak etis kalau aku berbicara tentang kehidupan siswa ini satu per satu, karena bukan hanya itu merupakan privasi mereka, aku juga capek menjabarkan 40 siswa. Udah macam buat laporan hasil survey aja kalau gini.
Yang pasti siswa-siswi ini berasal dari keluarga yang cukup memprihatinkan. Kami harus mendengar satu per satu cerita orang tua mereka. Mendengar pekerjaan orang tuanya, penghasilan perbulannya, cerita-cerita keluarga mereka sehari-hari. Hidup penuh pas-pasan, kadang orang tua tersebut harus menangis menceritakan kembali bagaimana pahitnya kehidupan mereka. Bahkan ada calon siswa yang harus berjalan kaki selama 30 menit untuk menuju sekolahnya. Ada yang harus bekerja di depot air isi ulang untuk membantu biaya pendidikannya, ada yang membantu ibunya menyiapkan jualan sarapan sebelum sekolah. Yaaahhhhh itulah beberapa cerita yang harus kami dengarkan dan kami tulis sebagai bahan refrensi kami untuk menerima mereka di sekolah tercinta ini. Dan dari semua itu yang paling membuat ku lelah adalah saat harus bertanya mengenai aset di rumah mereka. Kami harus bertanya sedetail mungkin. Dari harga barang ini berapa dulu waktu beli, tahun berapa belinya, bagaimana metode membelinya, cicil atau cash. Kalau cicil berapa per bulannya. Merk apa barang ini, itu...
hufftttt adek lelah bg.........
salah satu aset yang harus ditanya astu per satu |
Aku berharap saat mereka dinyatakan lulus dan bergabung di keluarga besar SMA unggulan CT Foundation, mereka bisa benar-benar menjadi mutiara bangsa yang membanggakan Indonesia dan dapat mengguncang dunia. Mereka bisa sadar mereka darimana, bersyukur dengan apa yang ada, tidak mudah mengeluh, manja, dan buat sakit kepala kami semua. Insya Allah mereka bisa meraih kesuksesan sesuai cita-cita mereka.
Ada seorang siswa (sudah alumni sekarang) berkata padaku,
ada dua tipe anak CTF. Pertama anak yang bersyukur dan yang kedua anak yang tak tahu diri. Bila tipe yang pertama, maka si anak tersebut akan menjalani semua regulasi dan peraturan yang berlaku di CTF tanpa merasa terpaksa. Dia akan enjoy menjalani hidup berasrama disini. Dan untuk tipe yang kedua maka semua yang dilakukan untuknya salah, semua hal peraturan dimatanya salah. Dia akan berat menjalani hari demi hari di CTF.
Inilah akhir dari proses pencarian mutiara bangsa. Selanjutnya adalah mereka yang dinyatakan lulus bisa berproses dengan semaksimal dan sebaik mungkin di lingkungan SMA U CTF.
NB: sedikit telat untuk memposting tulisan ini. Sebenarnya sudah sangat lama
ditulis tapi masih dalam bentuk draft. Tak tahu sampai kapan. Mungkin
sampai ada kemauan dan mengumpulkan mood yang banyak untuk menyelesaikan
tulisan ini. Beginilah kalo penulis gadungan yang menulis bergantung
mood.
calon siswa bersama keluarganya |
salah seorang siswa bersama buku Pak CT. selain itu siswa ini adalah seorang penulis buku remaja |
No comments:
Post a Comment