Euistory: Semangat Itu Tak Pernah Pergi

Tuesday 6 December 2016

Semangat Itu Tak Pernah Pergi



Mita dengan senyum manisnya
Kamis, 17 Nopember 2016 yang cerah di sore hari. Terlihat senyum penuh ketulusan dan semangat dari seorang perempuan yang sedang sakit abses di dagu bawahnya kala itu. Hari itu adalah  hari di mana perempuan itu berulang tahun yang ke-16. Dia masih sangat sehat, kuat dan penuh keceriaan. Sebelum akhirnya perempuan manis itu divonis leukemia oleh tim medis. 


Perempuan itu bernama Mita Hamidah siswa kelas XI-Algoritma SMA Unggulan CT Foundation (CTF). Selama perjalanannya di SMA CTF, Mita terkenal sebagai pribadi yang ramah, sopan, santun, pantang menyerah dan penuh semangat. Siswa yang juga aktif di berbagai organisasi salah satunya adalah paskibra, pramuka dan terakhir dipercaya sivitas akademika CTF sebagai wakil ketua OSIS bersama Iqbal Nugraha sebagai ketuanya. Jiwa kepemimpinanya juga dipercaya oleh asrama sekolah. SMA Unggulan CT Foundation adalah sekolah asrama yang mengharuskan siswa-siswi tinggal di asrama. Mita dipilih sebagai pengurus asrama kelas X oleh para wali asrama. Hal ini bukan tanpa alasan. Karena Mita dipandang sebagai siswa yang suka menolong, mengayomi junior,  mudah bergaul dengan sesama rekan sejawat dan sopan dengan para seniornya. 

Di kelas  Mita adalah anak yang tidak pernah mau menyerah apabila dia tidak mengerti pelajaran. Dia akan segera mendatangi guru pelajaran tersebut dan bertanya tentang materi yang tidak dia mengerti. Sadar akan nilai akademiknya tidak begitu baik, Mita segera mencari jalan mengejar ketertinggalannya. Baik bersama guru maupun bersama teman-temannya. 

Aktivitas itu terhenti seketika, saat kondisi Mita sudah mulai melemah.  Walau dia tidak masuk sekolah Mita tetap mengurai senyum manisnya dan menyapa siapa saja yang datang menjenguknya. Bahkan sampai penyakit leukemia atau kanker darah diketahuinya, Mita tetap semangat dan tersenyum bahagia saat teman-teman, wali asrama dan beberapa guru datang berkunjung. Tidak ada guratan sedih dari matanya. Tidak ada keluhan keluar dari mulut yang terbiasa mengumbar senyum. Tidak ada kecemasan yang dipamerkan dari wajah cantiknya. Mita tetap gadis manis dan penuh semangat seperti biasanya. Bahkan walau kemungkinan sembuh itu kecil, Mita tetap optimis kembali bersekolah serta melakukan tugas-tugas OSIS yang telah diamanahkan untuknya. 

Perjuangannya untuk sembuh benar-benar luar biasa. Dia terus menahan rasa sakitnya dan melawan sebisa yang dia lakukan. Beberapa kali Mita selamat dari masa kritis. Bahkan saat nafasnya sempat berhenti beberapa saat, Mita masih sanggup melawan penyakitnya dan sekali lagi selamat dari maut. Saat semua organ tubuhnya sudah berhenti berfungsi, Mita masih bertahan penuh kekuatan hanya dengan bermodal jantung yang masih berdetak. Tetapi takdir Allah SWT tidak ada yang dapat menghindarinya karena Allah jauh lebih sayang padanya daripada siapa pun juga. Mita harus kembali ke pangkuan-Nya pada hari Senin 5 Desember 2016 tepat pada pukul 06.30 WIB. Di dekap penuh kehangatan oleh orang tua, wali asrama dan guru, Mita harus pulang lebih cepat. Melupakan  semua kefanaan duniawi, menggantungkan semua cita yang telah terukir indah di dinding asrama, meninggalkan semua kenangan indah bersama keluarga dan sahabat. 

Perjuangan hidup Mita tidak bisa dilupakan sebatas angin lalu saja. Keberadaannya di dunia, kehangatan yang diciptakannya, keramahan yang disebarkannya dan semangat hidup untuk sembuh dan kembali bersekolah adalah inspirasi bagi kita yang masih tinggal di dunia. Bahkan saat dia dengan ikhlas menerima penyakit yang mematikan itu dan mengetahui kesempatannya untuk sembuh kecil, Mita tidak pernah sekalipun menyerah akan hidupnya. Permasalahan hidup kita adalah sebutir dari permasalahan hidupnya. Karena itu menyangkut hidup dan mati. Saat detik-detik terakhir menjelang ajalnya, Mita tetap bertahan karena keinginannya untuk hidup jauh lebih kuat dibandingkan penyakit yang dideritanya. Sudah saatnya bagi kita untuk tidak mengeluh hanya karena uang jajan yang terlalu sedikit, tugas yang terlalu banyak,  nilai ujian yang rendah atau penghasilan yang tidak cukup. Kehidupan di dunia terlalu singkat hanya untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Hidup di dunia bukan mencari sebanyak apa prestasi yang diraih tetapi sebanyak apa kebaikan yang diberi. Seorang Mita Hamidah telah mengajarkan kita banyak hal tentang kebaikan yang selalu ditebarkan sepanjang hidupnya dan dikenang oleh orang-orang yang ditinggalkannya. Semangat yang telah dikobarkannya tidak akan pergi walau raganya telah bersatu dengan tanah. (Euizze)

 
A tribute to our lovely student, Mita Hamidah binti Abdul Rahim  

No comments:

Post a Comment

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...