![]() |
Mita dengan senyum manisnya |
Kamis, 17 Nopember 2016 yang cerah
di sore hari. Terlihat senyum penuh ketulusan dan semangat dari seorang
perempuan yang sedang sakit abses di dagu bawahnya kala itu. Hari itu adalah hari di mana perempuan itu berulang tahun yang
ke-16. Dia masih sangat sehat, kuat dan penuh keceriaan. Sebelum akhirnya
perempuan manis itu divonis leukemia oleh tim medis.
Perempuan itu bernama Mita
Hamidah siswa kelas XI-Algoritma SMA Unggulan CT Foundation (CTF). Selama perjalanannya
di SMA CTF, Mita terkenal sebagai pribadi yang ramah, sopan, santun, pantang
menyerah dan penuh semangat. Siswa yang juga aktif di berbagai organisasi salah
satunya adalah paskibra, pramuka dan terakhir dipercaya sivitas akademika CTF
sebagai wakil ketua OSIS bersama Iqbal Nugraha sebagai ketuanya. Jiwa
kepemimpinanya juga dipercaya oleh asrama sekolah. SMA Unggulan CT Foundation
adalah sekolah asrama yang mengharuskan siswa-siswi tinggal di asrama. Mita dipilih
sebagai pengurus asrama kelas X oleh para wali asrama. Hal ini bukan tanpa
alasan. Karena Mita dipandang sebagai siswa yang suka menolong, mengayomi junior,
mudah bergaul dengan sesama rekan
sejawat dan sopan dengan para seniornya.
Di kelas Mita adalah anak yang tidak pernah mau
menyerah apabila dia tidak mengerti pelajaran. Dia akan segera mendatangi guru
pelajaran tersebut dan bertanya tentang materi yang tidak dia mengerti. Sadar
akan nilai akademiknya tidak begitu baik, Mita segera mencari jalan mengejar
ketertinggalannya. Baik bersama guru maupun bersama teman-temannya.
Aktivitas itu terhenti seketika,
saat kondisi Mita sudah mulai melemah.
Walau dia tidak masuk sekolah Mita tetap mengurai senyum manisnya dan
menyapa siapa saja yang datang menjenguknya. Bahkan sampai penyakit leukemia atau
kanker darah diketahuinya, Mita tetap semangat dan tersenyum bahagia saat
teman-teman, wali asrama dan beberapa guru datang berkunjung. Tidak ada guratan
sedih dari matanya. Tidak ada keluhan keluar dari mulut yang terbiasa mengumbar
senyum. Tidak ada kecemasan yang dipamerkan dari wajah cantiknya. Mita tetap
gadis manis dan penuh semangat seperti biasanya. Bahkan walau kemungkinan
sembuh itu kecil, Mita tetap optimis kembali bersekolah serta melakukan tugas-tugas
OSIS yang telah diamanahkan untuknya.
Perjuangannya untuk sembuh
benar-benar luar biasa. Dia terus menahan rasa sakitnya dan melawan sebisa yang
dia lakukan. Beberapa kali Mita selamat dari masa kritis. Bahkan saat nafasnya
sempat berhenti beberapa saat, Mita masih sanggup melawan penyakitnya dan sekali
lagi selamat dari maut. Saat semua organ tubuhnya sudah berhenti berfungsi,
Mita masih bertahan penuh kekuatan hanya dengan bermodal jantung yang masih
berdetak. Tetapi takdir Allah SWT tidak ada yang dapat menghindarinya karena Allah
jauh lebih sayang padanya daripada siapa pun juga. Mita harus kembali ke
pangkuan-Nya pada hari Senin 5 Desember 2016 tepat pada pukul 06.30 WIB. Di dekap
penuh kehangatan oleh orang tua, wali asrama dan guru, Mita harus pulang lebih
cepat. Melupakan semua kefanaan duniawi,
menggantungkan semua cita yang telah terukir indah di dinding asrama, meninggalkan
semua kenangan indah bersama keluarga dan sahabat.
Perjuangan hidup Mita tidak bisa
dilupakan sebatas angin lalu saja. Keberadaannya di dunia, kehangatan yang
diciptakannya, keramahan yang disebarkannya dan semangat hidup untuk sembuh dan
kembali bersekolah adalah inspirasi bagi kita yang masih tinggal di dunia.
Bahkan saat dia dengan ikhlas menerima penyakit yang mematikan itu dan
mengetahui kesempatannya untuk sembuh kecil, Mita tidak pernah sekalipun
menyerah akan hidupnya. Permasalahan hidup kita adalah sebutir dari
permasalahan hidupnya. Karena itu menyangkut hidup dan mati. Saat detik-detik
terakhir menjelang ajalnya, Mita tetap bertahan karena keinginannya untuk hidup
jauh lebih kuat dibandingkan penyakit yang dideritanya. Sudah saatnya bagi kita
untuk tidak mengeluh hanya karena uang jajan yang terlalu sedikit, tugas yang
terlalu banyak, nilai ujian yang rendah
atau penghasilan yang tidak cukup. Kehidupan di dunia terlalu singkat hanya
untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Hidup di dunia bukan mencari sebanyak apa
prestasi yang diraih tetapi sebanyak apa kebaikan yang diberi. Seorang Mita
Hamidah telah mengajarkan kita banyak hal tentang kebaikan yang selalu
ditebarkan sepanjang hidupnya dan dikenang oleh orang-orang yang ditinggalkannya.
Semangat yang telah dikobarkannya tidak akan pergi walau raganya telah bersatu
dengan tanah. (Euizze)
A tribute to our lovely student, Mita Hamidah binti Abdul Rahim
No comments:
Post a Comment