Euistory: Amazing Sabang

Saturday 3 January 2015

Amazing Sabang

 Libur tlah tiba...Libur tlah tiba......hatiku gembiraaaaa.....
itu sepenggal lagu anak-anak milik Tasya yang masih bisa dipakai kapan pun saat memasuki waktu liburan. Baik anak-anak ataupun orang dewasa yang namanya liburan tetap saja bahagia. Karena bisa sedikit merefreshkan otak dan pikiran dari penatnya aktifitas selama ini.
Begitu juga dengan rekan-rekan CT Foundation. Baik siswanya maupun gurunya yang namanya liburan tetap membahagiakan. Secara Sekolah ini terkadang tanggal merah pun jadi tanggal hitam dan Hari Minggu terkadang jd rasa hari Senin. *Nulisnya sambil bisiks2*  #GimanaCaranyaKanYangNgetikTangan



Perjalanan libur kali ini kami segenap kawan-kawan CTF merencanakan untuk liburan ke Sabang, Nangroe Aceh Darussalam. Dan rencana kali ini sudah dibuat jauh-jauh hari sama Bang Koko dan Bang Efrizal. Awalnya aku tidak mau ikut,, karena tidak dikasi izin sama Ibu. Tau lah anak bungsu yang ribut ini sebenarnya anak manja dan rumahan. Tapi dengan proses bujuk membujuk dan sedikit trik merajuk akhirnya dapat juga surat izin untuk ikut liburan ke Sabang. Namun rencana liburan ini tak semudah membaca cerita Einstein menemukan teori relativitas, karena malam sebelum keberangkatan, kita hampir gak jadi pergi ke Sabang dan membelokkan tujuan ke Sibolga. Karena pada saat itu Aceh sedang dilanda banjir. Bukan karena kita prihatin, enggak, tapi katanya jalan menuju ke Banda Aceh itu kebanjiran dan tidak bisa dilampui melalui kendaraan darat. Begitu dapat telpon dari Bang Koko malamnya tidak jadi ke Sabang, aku terus malas untuk pergi. Mending nonton drama Korea saja udah di rumah. *Korea lagi...Korea lagi*


Tetapi karena kegigihan seorang Efrizal Siregar untuk pergi ke Sabang lebih tinggi daripada tinggi badannya, besok paginya kami dapat kabar kalo berangkat ke Sabangnya jadi dan harap kumpul jam 2 di CTF. Begitulah kira-kira isi BBM (Blackberry Messenger) yang kami dapat. Semangat pun kembali menggebu-menggebu dan siap berangkat!!!

Nyatanya jam 2 hanya lah tinggal jam 2, secara realita kami berangkat jam 5 dari Medan menuju Banda Aceh. Karena ada berbagai alasan dan keperluan. Kami berangkat kesana mengunakan 2 mobil. Di mobil pertama ada aku, Irma, Bang Efrizal, Bang Koko dan istrinya kak Fera. Di mobil kedua ada Bang Joko, Putra, Guntar, Wiwit, Unni dan Rida. Itu lah tim menuju Sabang dengan bermodalkan nekad dan sambal teri :D

Tujuh belas jam adalah waktu yang harus kami habiskan dalam perjalanan. Bukan karena jalan mobilnya yang lambat tapi karena banyak singgahnya. Singgah di rumah wiwit, singgah di rumah Rida, singgah di Pom Bensin, singgah di hati kamu #Ups #Abaikan.  Pokoknya perjalanannya tidak mengejar apa-apa jadi bisa nyantai tanpa harus dikejar setoran layaknya supir Pelangi, Simpati star atau PMToh.

Sampainya di Banda Aceh kami disambut hujan deras dari pagi sampai malam hari. Jadi mau kemana-kemana pun susah. Rencananya sih mau langsung ke Sabang, tapi apa daya kapal menuju sabang cuma satu. Dan kalau bawa mobil lebih susah ngantrinya. Jadi ngantrinya sudah kayak ngantri Minyak tanah se-Indonesia. Terpaksa mau gak mau besoknya kami berangkat ke Sabang. Demi menghemat pengeluaraan, Eh salah demi mempererat silaturahim kami berkunjung ke rumah kak Citra yang sekarang tinggal di Banda Aceh bersama suaminya. Lebih tepatnya, berkunjung 1 malam sekalian tidur disana. Kan tidak enak yaa sudah jauh-jauh datang cuma berkunjung sebentar saja......... #DitiupTopan

Perjalanan kami yang pertama adalah ke Mesjid Raya Baiturrahman. Mesjid ini menjadi kekuatan simbol Banda Aceh sejak peristiwa tsunami 10 tahun silam. Karena saat hampir 99% bangunan sekitarnya hancur, mesjid ini masih kokoh berdiri. Melihat mesjid dan masuk ke dalamnya langsung seakan memutar kembali mesin waktu pada saat 26 Desember 2004 yang mana mesjid Baiturrahaman masih anggun berdiri walau diterjang gelombang pasang air bermeter-meter itu. Dan kami ada di Banda Aceh tepat 1 hari sebelum peringatan 10 tahun terjadinya tsunami. Jadi seperti berasa lagi kesedihan dan ketakutan peristiwa itu. Setelah Sholat Ashar di Mesjid Raya Baiturrahman, kami berangkat ke pantai. Tidak tahu nama pantainya pantai apa. Tapi yang pasti itu pantai tepat di depan pabrik Semen Andalas.
Lucunya kami itu ke pantai saat hari hujan deras-derasnya. Jadi main-main di pantai itu kayak sesuatu yg useless kali. Sudah di bawah basah kena air laut, di atas pun basah kena air hujan. Tapi namanya separuh jiwa masih bocah tetap aja hujan-hujan di pantai membahagiaaaaaaakan #KetawaMenggelinjang
Mengalay di depan mesjid Raya Baiturrahman. Padahal di depan Mesjid Raya Al Mashun Medan tidak pernah sealay ini pasti
kelakuan bocah di pantai padahal hujan deras. Awas nanti mamak marah


Besoknya tepat tanggal 26 Desember disaat orang-orang se Indonesia memperingati 10 Tahun Tsunami, kami malah pergi ke Sabang. Bukan tidak prihatin tapiiiii, waktu kami gak banyak disini. mengingat masih banyak kerjaan yang mau dikerjakan di Medan *gaya eksekutif kantong primitif*
Naik kapal besar adalah pengalaman pertamaku dan beberapa teman lainnya. Makanya kami sedikit pusing (oyong kalo bahasa Medannya) Aku mah bante tidur saja sambil dengarin suara Kyuhyun nyanyi At Gwanghwamun. Biar berasa kayak di Gwanghwamun terus dinyanyiin sama Kyuhyun. padahal realitanya di atas kapal dengan suara klakson kapal yang membahana itu. Tapi 30 menit mau sampe dari perjalanan selama 1.45 menit,  aku berpikir lagi, kok aku tidur sih?? kan sayang sekali tidak menikmati suasana di atas laut. Kapan lagi aku kemari atau naik kapal. Dan dengan kekuatan bulan aku bangkit terus duduk di dek kapal sambil melihat-lihat ketenangan air laut yang sebenarnya sangat dalam. Kayak hati kamu.....#Cieee
suasana di atas kapal menuju Sabang

Sesampainya di Sabang, karena itu hari Jumat dan sebagai muslim yang baik, para pria dalam rombongan itu harus melaksanakan ibadah sholat Jumat. Kami para perempuannya malah santai menikmati sambal teri dan telur dipinggir Pantai #Eh salah lagi dipinggir jalan. Mengingat cacing di perut sudah tidak bersahabat lagi untuk diajak diskusi. Pukul 15.30 WIB kami sampai di Iboih yang merupakan tempat untuk Snorkeling. Sebenarnya snorkeling ini merupakan puncak acara liburan kami. Menikmati alam bawah laut dan melihat langsung kehidupan di dalam laut. Betapa Maha Besarnya Allah SWT. Saat snorkeling, aku merasa bahwa saat itu aku benar-benar merasa kecil dihadapan Allah. Indahnya alam laut benar-benar tak bisa dikatakan maupun tertuliskan. #EdisiBijak
Keindahan alam bawah laut. Gambar tanpa editing lhoo


Snorkeling itu tak harus pandai berenang, karena ada pelampung yang siap sedia membuat kita mengapung ke atas permukaan air. Ditambah bantuan selang pernafasan jadi bisa dengan puas melihat ke dalam air. Satu pelajaran dalam snorkeling adalah, jangan teriak saat snorkeling. Karena semakin banyak kamu teriak semakin banyak juga air laut yang masuk ke dalam mulut mu!!
Masalahnya air laut itu rasanya dari dari dulu sudah asin. Kalo manis kayak sirup kurnia sih tidak masalah. Dan kalo bisa sih, pemanasan dulu sebelum menyelam karena bisa jadi kamu kram atau pegal-pegal setelahnya. Jangan seperti kami, begitu lihat air langsung menyelupkan diri ini, terus teriak-teriak kesenangan lihat ikan, terumbu karang dan bintang laut. Hasilnya, minum air laut segalon plus badan pegal-pegal. Oh iya satu lagi, kayaknya sebelum snorkeling atau diving perlu mengetahui nama-nama dan gambar biota laut. Jangan seperti Guntar yang kena bulu babi terus dia bilang "aduh kak kaki ku kena duri"
Kalau orang-orang sekitar tidak teriak itu bulu babi dan panik tuh anak mungkin sudah pingsan saja di lautan. Untungnya (masih untung juga) air seni bisa jadi obat dari duri bulu babi. Gimana rasanya Gun, ngerasakan air seni sendiri....ahahahahah

Pulang dari Snorkeling kita berkunjung ke sebuah pesantren Al-Mujaddid yang merupakan teman dari Abi Sholeh sewaktu di Gontor dulu.  Berkunjung yaaa... eeh tapi rupanya disuruh menginap saja. Kan lumayan bisa gratis menginap di Sabang...ahahahahahah... Tulisan penuh maksud.

Ada kejadian lucu waktu kita bermalam di Sabang. Jadi kan saat malamnya kita makan di kawasan kuliner Sabang gitu, semacam Merdeka Walk lah kalau di Medan. Tapi view sama rasa jauuuh beda yaa.. View mereka menang, karena sebelah laut sementara Merdeka Walk sebelahan sama Hotel dan jalanan bising. Tapi kalo rasa....wuiiiihhhhh gak recomended lah. Harga?? Persis sama. (penonton kecewa) Nah kita kan pesan banyak makanan tuh, ada nasi goreng, ayam penyet, sate, roti bakar, dll. Tapi pesanan kita yang datang banyak yang bersalahan. Sampai pada akhirnya terjadilah tragedi roti bakar. Dimana kami udah pesan roti bakar 1 tapi yang datang 2. Trus kami yang kena marah sama pelayannya. Karena katanya kami gak bilang-bilang kalo pesanannya udah datang. Ini yang goblok siapa sih sebenarnya?? Kalau aja tiak ditenangin sama Bang Koko dan Bang Izal itu pelayan udah sobek kali mulutnya sama kami perempuan-perempuan ini. Makanya kami menamakan roti bakar itu adalah roti bakar rasa kecewa...
hahahha kecewa adek kak.....

Setelah snorkeling kami melakukan perjalanan ke tempat umum seperti ke Tugu nol kilometer. Jujur aku sendiri sih tidak begitu excited kesana karena cuma foto-foto doang. Trus tidak ngapa-ngapain. Makanya saat yang lain foto-foto aku malah sarapan. Tapi aku menemukan spot yang cantik untuk berfoto. Walau agak ekstrim yaa tempatnya... Tapi malah lebih indah daripada 0 kilometer. Walau begitu aku tetap berfoto juga, biar nanti kalau ditanya anak ku apakah aku pernah menginjak 0 Kilometer apa tidak. #TerabdulHadisasi

Pulang Ke Banda kami berkunjung ke Museum Tsunami dan kapal PLTD Apung yang terdampar saat tsunami. Jujur saat masuk ke museum karya Bapak Ridwan Kamil aku benar-benar tertegun dengan arsitektur dan desain interiornya. Bentuknya menyerupai kapal. Sebagai filosofi bahwa sebagian rakyat Banda Aceh adalah nelayan. Di dalamnya ada berbagai macam foto, miniatur terjadinya gelombang tsunami, video saat terjadinya tsunami, kebangkitan rakyat Aceh, Unicef dimana-mana (Secara mereka penyumbang dana terbesar untuk museum ini) alat-alat rumah tangga, kendaraan, waktu yang menunjukkan terjadinya gelombang tusnami dan nama-nama korban tsunami. Dari itu semua, sebuah tempat yang berbentuk oval ke atas yang di dalamnya terdapat nama-nama korban tsunami adalah spot favorit ku. Tempat itu berbentuk oval ke atas, dan sepanjang bentuk itu terdapat nama-nama korban yang dibuat sperti plat nomor kendaraan, terus sampai ke atas dan di puncaknya ada tulisan Allah. Di dalam ruangan tersebut diperdengarkan suara orang Aceh mengaji. Semakin syahdu karena penerangan didalamnya hanya berupa lampu gelap-gelap khusyuk.

Nama-nama korban tsunami yang trdapat di dalam museum tsunami yang diletakkan di ruangan oval

Setelah dari museum tsunami kami berkunjung ke kapal PLTD Apung milik PLN yang terdampar di daratan saat terjadinya tsunami. Melihat kapal sebesar itu sampai ke daratan yang jaraknya dari pelabuhan sangat jauh, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya gelombang air tersebut. Bahkan katanya masih ada mayat yang tertimpa kapal tersebut. Astaghfirullah...

Kapal PLTD Apung yang terdampar akibat dahsyatnya gelombang tsunami

Itu sih gambaran besar liburan kali ini dengan segala pengalaman luar biasanya.. Aku menamakannya amazing Sabang. Dari awalnya gak mau pergi karena banjir, tapi karena Sabang akhirnya banjir pun diterjang juga. Sabang dengan segala pesona dan ceritanya benar-benar membuat siapa pun tak kan mudah melupakannya. Ingin kembali kesana lagi?? pastinya tapi mungkin tak dalam waktu dekat. Karena masih banyak tempat-tempat lain yang mau dieksplor keindahannya.... Tak akan pernah menyesal lah kalau pergi ke ujung barat Indonesia ini. Maybe later aku ingin pergi juga ke ujung timur Indonesia #PrayHard
So see you in other journey yeoroboun..... ^_^v

******
Check this out of our photos

Suasana di dalam Mesjid Raya Biturrahman. Banyak anak-anak yang mengaji. Serasa di Arab Saudi

sambil menunggu kapal menyebrang ke Sabang, gak sah rasanya kalo gak berfoto. (Gilpot = Gila Poto)


Sabang dengan segala pesonanya... *View ini tepat berada di depan tugu 0 Kilometer*
Tempat terjadinya tragedi roti bakar :D
0 Kilometer yang cuma bisa berfoto-foto aja

di atas boat menuju pulau Rubiah tempat dilaksanakan Snorkeling massal
Desain Interior museum tsunami. Gambar bendera di atas merupakan negara-negara yang menyumbang kebangkitan Aceh
Tempat penginapan kami di Pesantren Integrated Islamic Boarding School Al-Mujaddid
Guntar yang terkena bulu b*b* heheheheh
Snorkeling di saat awan gelap adalah sesuatu yang luar biasa. karena harus beradu dengan ombak
Saat snorkeling jangan takut tenggelam di saat ada pelampung,  kacamata renang dan selang pernafasan
Irma dengan segala kegilaannya di atas boat
Beberapa pulau kecil di didekat Sabang (credit by Unni Harmileni)

No comments:

Post a Comment

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...