Euistory: Social Media: Media bersosial Kini

Tuesday 27 November 2018

Social Media: Media bersosial Kini



Untuk anak generasi 90-an cara kumpul yang paling asyik adalah kumpul di rumah teman, ngobrolin hal-hal retceh, gila, ceritain guru, teman, dan gebetan sambil masak mie instan. Saat kumpul adalah saat cerita. Yes... itulah yang ada di benak kepala anak zaman dahulu. Gak ada yang hanya heboh saat di dunia maya tapi diam seribu bahasa saat di dunia nyata.

Aku masih ingat saat SMP - SMA bermain sama teman masih permainan tradisional. Setiap hari Jumat pasti main ke rumah teman karena sekolah pulang cepat kan, jadinya gak sah kalau gak nongkrong dulu dirumah teman. Alasannya ada aja deh bilang ke ibu. Dari negrjain tugas, latihan tari,  dan pengajian. Sampai di rumah teman yaah kadang juga di rumah ku, kita pasti menggosipin teman, guru dan orang-orang sekitar kita sampai menceritakan mimpi-mimpi kita yang absurd.



Saat itu, kita tak terganggu arus modernitas teknologi komunikasi. Dulu yaa kalau mau nelpon teman masih pakai telepon rumah. Tanya PR udah siap atau belum. Atau sekedar minta maaf. Gak bisa bicara lama-lama tcoy. Mahal. Ibu bisa merepet panjang kali lebar nanti. Tidak ada obrolan grup. Tidak ada rapat di forum online. Tidak ada berbagi foto aib di jejaring sosial dan dikomentari ramai-ramai.

TIDAK ADA. 

Semua pembicaraan adalah tatap muka. Semua aib diceritakan di forum terbuka. Kelas pasti akan ribut luar biasa saat tak ada guru. Semuanya adalah korsa. Kebersamaan dalam dunia nyata.

Medio tahun 2005 komunikasi sosial berbasis internet semakin dikenal. Aku ingat saat aku kuliah aku mulai membuat akun Friendster. Anak zaman dulu pasti tahu nih akun media sosial yang sangat populer pada masa itu. Sayang seiring berkembangnya Facebook, orang-orang mulai meninggalkan Friendster. Dan pada akhirnya Friendster pun ditutup dan menjadi situs permainan online.
Masa-masa dimana foto masih kamera pocket

Masa kuliah 2005-2010 (abaikan aku yang kuliah sampai 5 tahun. Bukan karena gak pintar tapi kebanyakan organisasi dan main siih jelasnya)  adalah masa sosial media mulai tumbuh kayak es kepal Milo dan Ayam geprek Ben** saat ini. Selain Frienster yang kusebutkan sebelumnya, aku juga pernah menggunakan Yahoo Mesengger. Sempat punya teman chat dekat anak Jakarta. Tiap siang jadwal aku warnet untuk ngobrol sama dia. Zaman dulu untuk sekedar chattingan aja harus ke warnet. Gak kayak sekarang yang bisa kapan saja dalam genggaman.

Tahun 2007 Facebook mulai menginvansi sosial media di dunia termasuk Indonesia. Termasuk juga aku. Sudah mulai kepoin siih tapi mulai bergabung 2008. Saat itu merasa paling keren, karena diantara teman-teman aku yang sudah punya Facebook. Saat teman-teman mulai heboh Facebook, aku sudah punya Twitter. Intinya aku harus selangkah lebih maju kalau sudah sosial media. Gaya banget lah pokoknya. Padahal cuma modal warnet doang aja pun.

Tahun-tahun setelah itu dunia mulai disibukkan dengan aktivitas dunia maya. Komunikasi tatap muka berubah menjadi komunikasi tatap layar. Handphone pintar semakin canggih dan mudah didapatkan dan menghambat laju penjualan Nokia yang saat itu menjadi trend HP masa kini. Kuota internet semakin murah. Dan semua orang semakin menunduk. Iya menunduk melihat layar HP. Mengecek status teman, mantan, gebetan sampai pasangan. Yang pasti setiap orang pernah membuat status alay menjijikkan. Setiap orang pernah alay pada masanya.


Saat ini, siapa yang tidak punya Facebook? Siapa yang belum pernah mengakses Youtube. Dari anak yang baru lahir kemarin sore samapai orang tua renta, semuanya tahu Youtube. Siapa lagi yang kenal Facebook. Istilah netizen pun muncul sebagai kosakata baru yaitu warga net. Padahal istilahnya bagus tapi belakangan ini menjadi makna konotatif karena ulah para netizen itu sendiri yang suka berkomentar tidak pada tempatnya.
Rapat organisasi di area terbuka tanpa ada satupun terpecah konsentrasinya dengan pegang HP

Sekarang kalau mau jadi terkenal mah gampang. Tinggal buat video heboh, viralkan dan terkenal. Masalah itu video postif atau enggak itu urusan belakang. Prihatin siih melihat tren saat ini. Tapi mau gimana lagi. Ada peran kita disitu yang membuat video atau konten negatif naik dan meningkat. Sebagai netizen atau pengguna sosial media, kita mempunyai peran penting untuk membuat tren ini naik atau tidak. Apalagi kita sekarang bisa memilih mana yang baik atau tidak. Gak seperti tahun-tahun lalu, yang cuma bisa melihat TV tanpa ada pilihan tontonan itu bagus atau tidak.

Saat ini, saat semua kemudahan dapat dilakukan dalam satu kali klik digengaman, tantangan pun semakin besar. Teknologi itu memudahkan bukan menghancurkan apalagi sampai disalahgunakan. Sosial media yang seharusnya mendekatkan yang jauh. Gunakan lah sosial media sebagai media kreativitas, inovasi, pendekatan massive yang bermartabat dan akses mencari rejeki yang halal.
Kelihatan dari foto tidak ada satupun yang pegang HP. Kalo sekarang semuanya mah udah pada nunduk cantik yaa

Tapi jangan sampai menjauhkan yang dekat. Hentikan penggunaannya tanpa batas waktu. Berbicaralah dengan orang-orang terdekat yang ada disekitarmu. Dengarkan obrolannya, tatap matanya, rasakan getaran suaranya.

So berbahagialah kita yang pernah mengalami masa tak ada sosial media, masa transisi dan masa dimana sosial media mendominasi. Kita sempat merasakan kenikmatan kumpul tanpa ada yang berbagi konsentrasi dengan HP. Dan merasakan kenikmatan betapa bermaknanya sosial media sebagai penyimpan memori masa lalu. (Maksudnya saat kita rindu lagu kenangan tinggal buka Youtube, semua beress) Semudah itu Esemeralda.

Jadi gunakan lah sosial media sebagai media kita bersosial dengan baik dan positif. Semakin kita mendukung konten positif, semakin naik trendnya. Lupakan kasus penggrebekan yang direkayasa. Abaikan aling tuding antara pendukung capres yang isinya hanya hujatan. Yuk gunakan dengan baik agar memberikan manfaat.

Saat semua diskusi harus ditemani laptop dan Hape

No comments:

Post a Comment

Wikipedia Korea Yang Tobat

Aku adalah perempuan dewasa yang sudah berusia kepala tiga. Kegilaan ku terhadap dunia Korean wave dimulai sejak aku SMA kelas 1 ya...